fbpx
Senin - Jumat08:00-14:00Sabtu08:00-13:00Call us 081336865595

Infertilitas: Lebih dari Sekadar Masalah Medis, Sebuah Realitas Sosial yang Butuh Pemahaman Mendalam

June 3, 2025 by markbro0
artikel-2025-02-18T131958.916.png

Dalam setiap pernikahan, hadirnya seorang anak sering kali menjadi dambaan utama. Anak dianggap sebagai anugerah yang menyempurnakan kehidupan rumah tangga serta simbol keberhasilan dalam membina hubungan suami istri.

Namun, realitas menunjukkan bahwa tidak semua pasangan yang menikah dapat segera merasakan kebahagiaan menjadi orang tua. Ada yang harus menunggu bertahun-tahun, bahkan hingga puluhan tahun, tanpa kehadiran buah hati. Kondisi ini dikenal sebagai infertilitas atau kesulitan dalam memperoleh keturunan.

Menurut definisi yang digunakan secara global, infertilitas merupakan gangguan pada sistem reproduksi yang ditandai dengan kegagalan pasangan untuk mencapai kehamilan meskipun telah melakukan hubungan seksual secara rutin tanpa alat kontrasepsi selama setidaknya 12 bulan.

Terdapat dua jenis infertilitas, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer dialami oleh pasangan yang belum pernah mengalami kehamilan sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi ketika pasangan sudah pernah memiliki anak namun mengalami kesulitan untuk hamil kembali.

Infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem reproduksi baik pada pihak laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia, diperkirakan sekitar 10-15% pasangan usia subur atau sekitar 4 hingga 6 juta pasangan mengalami kondisi ini dan membutuhkan pengobatan untuk memperoleh keturunan.

Pada pria, gangguan kesuburan umumnya disebabkan oleh tiga faktor utama. Pertama, faktor pretestikular yang berkaitan dengan gangguan hormonal yang memengaruhi produksi sperma. Kedua, faktor testikular, yaitu kelainan pada testis yang mengganggu proses pembentukan sperma. Ketiga, faktor post-testikular, yang terjadi setelah sperma terbentuk dan melibatkan gangguan pada saluran reproduksi.

Sementara itu, pada perempuan, penyebab infertilitas bisa sangat beragam, mulai dari gangguan hormonal, endometriosis, sindrom ovarium polikistik (PCOS), penyumbatan atau kerusakan pada tuba falopi, hingga kondisi alergi terhadap sperma.

Kontribusi perempuan terhadap kasus infertilitas diperkirakan mencapai 40-50%, sedangkan laki-laki sekitar 30%, dan sisanya merupakan kombinasi dari keduanya atau penyebab yang tidak teridentifikasi. Fakta ini menunjukkan bahwa anggapan bahwa infertilitas semata-mata disebabkan oleh pihak perempuan adalah sebuah kekeliruan yang cukup fatal. Sayangnya, dalam masyarakat, perempuan sering kali menjadi pihak yang paling disalahkan dan menanggung beban sosial atas ketidakmampuan pasangan untuk memiliki anak.

Pandangan patriarkal yang masih mengakar kuat dalam budaya masyarakat di Indonesia memperburuk kondisi ini. Masalah infertilitas kerap dianggap tabu, dan bias gender yang kuat menyebabkan akses terhadap layanan kesehatan untuk infertilitas menjadi tidak merata. Dalam banyak kasus, keputusan untuk mencari pengobatan atau penanganan medis bergantung pada izin atau persetujuan suami, sehingga hak perempuan untuk mendapatkan perawatan yang layak sering kali terhambat.

Dampak infertilitas bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga sangat mendalam secara psikologis dan emosional, terutama bagi perempuan. Tekanan sosial, stigma, serta rasa tidak berdaya kerap menghantui mereka yang mengalami infertilitas. Rasa bersalah, kecemasan, hingga depresi bisa muncul akibat tekanan dari keluarga dan lingkungan sekitar yang menilai kehadiran anak sebagai tolak ukur kesempurnaan seorang perempuan.

Sudah saatnya masyarakat menyadari bahwa infertilitas bukan hanya persoalan medis, melainkan juga isu sosial yang membutuhkan pendekatan lebih holistik. Perempuan yang mengalami infertilitas memerlukan dukungan moral dan emosional agar tetap berdaya dan tidak kehilangan rasa percaya diri. Infertilitas bukanlah akhir dari segalanya.

Dengan kemajuan teknologi di bidang reproduksi, ada berbagai alternatif yang bisa ditempuh untuk memperoleh keturunan. Mulai dari perbaikan gaya hidup hingga pemanfaatan teknologi seperti inseminasi buatan atau fertilisasi in vitro (IVF), harapan untuk menjadi orang tua tetap terbuka.

Kesadaran kolektif, pemahaman yang lebih luas, serta empati dari masyarakat sangat dibutuhkan agar pasangan yang mengalami infertilitas tidak merasa terasing atau terpinggirkan. Sudah waktunya kita membebaskan mereka dari stigma dan membuka ruang untuk solusi yang berkeadilan dan manusiawi.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Copyright by SignumFertility 2025. All rights reserved.