fbpx
Senin - Jumat08:00-14:00Sabtu08:00-13:00Call us 081336865595
Category filter:AllInformationKesehatanTipsUncategorizedVideo
No more posts

Artikel

Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda dan keluarga
artikel.png
07/Jul/2025

Kehamilan membawa banyak perubahan dalam kehidupan seorang perempuan, baik secara fisik maupun dalam gaya hidup sehari-hari. Seiring dengan bertambahnya usia kandungan, perubahan fisik seperti perut yang semakin membesar bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Namun, ada cara yang efektif dan menyenangkan untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, salah satunya adalah dengan rutin berolahraga.

Bagi ibu hamil, penting untuk memilih jenis olahraga yang ringan dan tidak memberi tekanan berlebih pada area pinggang serta perut. Beberapa pilihan aktivitas yang aman antara lain jalan santai, yoga, dan berenang. Di antara pilihan tersebut, berenang menjadi salah satu olahraga yang sangat direkomendasikan karena minim risiko cedera dan memberikan banyak manfaat.

Berenang tergolong aman karena dilakukan di dalam air, yang secara alami membantu menopang tubuh ibu dan memberikan rasa ringan meskipun perut semakin membesar. Gerakan bebas di air juga membantu meregangkan sendi tanpa memberikan tekanan berlebih, sehingga tubuh terasa lebih rileks dan nyaman. Selain itu, risiko terjatuh atau tergelincir jauh lebih kecil dibandingkan aktivitas di darat.

Meski begitu, tidak sedikit ibu hamil yang merasa ragu untuk berenang karena khawatir akan berdampak pada kondisi janin. Padahal, olahraga air ini tergolong sangat aman dilakukan selama masa kehamilan, mulai dari trimester pertama hingga trimester ketiga, asalkan dilakukan dengan cara yang benar dan penuh kehati-hatian.

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan sebelum ibu memutuskan untuk berenang. Saat berada di sekitar kolam, pastikan untuk melangkah dengan hati-hati, terutama jika lantai kolam basah dan licin. Perubahan postur tubuh akibat perut yang membesar bisa membuat keseimbangan tubuh terganggu. Untuk mengurangi risiko tergelincir, ada baiknya ibu ditemani oleh pasangan atau orang terdekat ketika hendak masuk ke kolam.

Pemilihan gaya renang juga perlu dipertimbangkan. Gaya dada, gaya bebas, dan gaya punggung merupakan pilihan yang direkomendasikan karena tidak terlalu membebani area perut dan panggul. Sebaliknya, gaya kupu-kupu sebaiknya dihindari karena melibatkan gerakan yang cukup intens, terutama pada bagian panggul dan perut. Gerakan menghentakkan dada saat mengambil napas dalam gaya ini berpotensi memberi tekanan berlebih yang bisa membahayakan janin.

Ketika berenang, lakukanlah gerakan secara perlahan dan santai. Fokus pada ritme pernapasan dan nikmati sensasi relaksasi di dalam air. Aktivitas ini tidak hanya menyegarkan, tetapi juga memberikan sejumlah manfaat seperti memperbaiki kualitas pernapasan, meredakan pegal-pegal, mengurangi stres, dan memberikan rasa tenang yang dibutuhkan selama kehamilan.

Untuk mendapatkan manfaat optimal, berenang sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 30 menit. Hal ini bertujuan untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil agar tidak memengaruhi kondisi janin. Waktu terbaik untuk berenang adalah pada pagi hari sebelum pukul 10.00 atau sore hari setelah pukul 15.00, karena sinar matahari pada waktu tersebut mengandung vitamin D yang baik untuk pertumbuhan janin.

Sebelum memulai rutinitas berenang secara teratur, ada baiknya ibu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau bidan untuk memastikan tidak ada kondisi medis khusus yang perlu diwaspadai. Dengan bimbingan yang tepat, berenang bisa menjadi sahabat terbaik bagi ibu hamil dalam menjaga kesehatan tubuh dan ketenangan pikiran sepanjang masa kehamilan.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2024-05-17T154157.443.png
07/Jul/2025

Seiring bertambahnya usia, kemampuan reproduksi wanita secara alami akan mengalami penurunan. Namun, meski peluang untuk hamil semakin kecil, bukan berarti kehamilan mustahil terjadi. Dalam beberapa kasus, wanita tetap bisa mengandung di usia 50 tahun ke atas, baik secara alami maupun dengan bantuan teknologi reproduksi modern.

Fenomena ini bukan sekadar wacana. Penyanyi Janet Jackson, misalnya, mengandung di usia 50 pada tahun 2016. Aktris Brigitte Nielsen bahkan menjalani kehamilan di usia 54 pada 2018. Baru-baru ini, ibu dari artis Celine Evangelista juga dikabarkan hamil anak kembar di usia 50-an. Fenomena ini tentu mengundang perhatian publik, terutama mengenai risiko kesehatan yang mungkin menyertai kehamilan di usia yang tidak lagi muda.

 

Tantangan Kehamilan di Usia 50 Tahun

Usia menjadi faktor krusial dalam kesuburan dan kehamilan. Berdasarkan data dari American Society for Reproductive Medicine, penurunan kesuburan mulai terlihat sejak awal usia 30-an dan terus menurun secara signifikan antara usia 35 hingga 45 tahun.

Wanita berusia 30 tahun dengan siklus menstruasi teratur memiliki peluang hamil sekitar 20 persen dalam satu siklus. Namun, saat memasuki awal usia 40, angka tersebut menurun drastis hingga di bawah 5 persen. Di pertengahan usia 40-an, sebagian besar wanita telah kehilangan kemampuan untuk hamil secara alami, dan di usia 51, umumnya mereka memasuki fase menopause.

Walaupun begitu, kehamilan di usia 50 tahun masih mungkin terjadi. Baik melalui cara alami maupun dengan bantuan teknologi seperti in vitro fertilization (IVF), menggunakan sel telur yang telah dibekukan sebelumnya atau dari donor. Di dunia medis, kehamilan pada usia lanjut ini dikenal sebagai kehamilan geriatri.

Namun, kehamilan di usia 50 tentu tidak lepas dari berbagai risiko kesehatan, baik bagi ibu maupun janin. Berikut adalah beberapa risiko yang patut diwaspadai:

 

1. Diabetes Gestasional

Kehamilan pada usia lanjut meningkatkan risiko terkena diabetes gestasional. Kondisi ini terjadi akibat perubahan hormon selama kehamilan yang memengaruhi cara tubuh memproses gula darah. Jika tidak dikelola dengan baik, diabetes gestasional dapat menyebabkan bayi tumbuh terlalu besar dan menyulitkan proses persalinan. Oleh karena itu, pengaturan pola makan sehat dan aktivitas fisik ringan menjadi sangat penting.

 

2. Hipertensi dan Preeklampsia

Tekanan darah tinggi adalah salah satu risiko utama pada kehamilan usia 50 tahun, yang bisa berkembang menjadi preeklampsia kondisi serius yang dapat mengancam nyawa ibu dan bayi. Risiko ini dapat ditekan melalui gaya hidup sehat dan pemantauan kehamilan secara rutin.

 

3. Kelahiran Prematur dan Berat Badan Rendah

Wanita yang hamil di usia 50 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan secara prematur. Risiko ini meningkat terutama jika terdapat kondisi medis penyerta atau kehamilan kembar. Bayi prematur cenderung lahir dengan berat badan rendah dan organ tubuh yang belum berkembang sempurna.

 

4. Persalinan Caesar

Karena meningkatnya risiko komplikasi selama kehamilan, banyak ibu hamil di usia lanjut yang harus menjalani persalinan melalui operasi caesar. Salah satu penyebabnya adalah plasenta previa, yaitu kondisi ketika plasenta menutupi leher rahim, yang membuat persalinan normal berisiko tinggi.

 

5. Kelainan Kromosom pada Janin

Usia ibu yang semakin tua juga berpengaruh pada kualitas sel telur, sehingga meningkatkan kemungkinan bayi mengalami kelainan kromosom, seperti sindrom Down. Risiko ini akan terus meningkat seiring pertambahan usia ibu saat hamil.

 

6. Keguguran dan Stillbirth

Risiko keguguran dan bayi lahir mati (stillbirth) juga meningkat pada kehamilan usia lanjut. Penyebabnya bisa berasal dari kondisi medis pada ibu atau kelainan genetik pada janin.

 

Ketidaknyamanan Fisik yang Lebih Besar

Selain risiko medis, kehamilan di usia 50-an juga membawa tantangan fisik yang lebih besar. Tubuh wanita pada usia ini umumnya lebih rentan terhadap kelelahan, nyeri otot dan sendi, pembengkakan kaki, serta perubahan suasana hati hingga depresi. Ini membuat masa kehamilan bisa terasa lebih berat dibandingkan saat hamil di usia yang lebih muda.

Meskipun begitu, bukan berarti semua wanita yang hamil di usia 50 akan mengalami komplikasi. Dengan perencanaan matang, pemantauan medis yang ketat, serta gaya hidup sehat, beberapa wanita mampu menjalani kehamilan dengan aman dan melahirkan bayi yang sehat. Hal ini memperlihatkan bahwa setiap tubuh wanita memiliki kondisi unik, dan tidak ada satu ukuran yang berlaku untuk semua.

Kehamilan di usia 50 bukanlah hal yang mustahil, tetapi penuh tantangan yang harus dipersiapkan secara fisik dan mental. Konsultasi dengan dokter kandungan menjadi langkah pertama yang penting bagi wanita yang mempertimbangkan kehamilan di usia tersebut.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


infertilitas-kedua.png
07/Jul/2025

Banyak pasangan suami-istri yang sangat mendambakan kehadiran seorang anak dalam rumah tangga mereka. Namun, setelah bertahun-tahun menanti dan melakukan berbagai upaya seperti menjaga pola makan sehat, rutin berolahraga, hingga meningkatkan frekuensi hubungan intim, tak sedikit yang masih belum mendapatkan keturunan. Dalam situasi seperti ini, salah satu solusi yang sering dipilih adalah mengikuti program bayi tabung.

Program bayi tabung, atau fertilisasi in vitro (IVF), menawarkan peluang kehamilan bagi pasangan yang mengalami kesulitan memiliki anak. Prosesnya melibatkan pembuahan sel telur oleh sperma di luar tubuh, yaitu di dalam laboratorium. Embrio yang terbentuk dari proses ini kemudian akan ditanamkan ke dalam rahim calon ibu dengan harapan bisa tumbuh menjadi janin yang sehat.

Namun, keberhasilan program ini tidak selalu menjamin kelahiran tanpa risiko. Salah satu isu yang sering menjadi perhatian adalah kemungkinan anak yang lahir dari program bayi tabung mengalami obesitas. Meskipun terdengar mengejutkan, ada penjelasan ilmiah di balik kekhawatiran ini.

 

Mengapa Anak Bayi Tabung Berisiko Obesitas?

Anak yang lahir dari program bayi tabung berpotensi mengalami berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR terjadi ketika janin tidak mendapatkan asupan nutrisi yang memadai selama masa kehamilan. Kondisi ini bisa berdampak pada sistem metabolisme anak, karena tubuhnya sejak dini terbiasa menyimpan cadangan energi secara berlebihan sebagai bentuk adaptasi terhadap kekurangan asupan saat di dalam kandungan.

Adaptasi ini bisa terus berlanjut bahkan setelah lahir, dan meski kebutuhan gizi sudah tercukupi, tubuh anak tetap “terprogram” untuk menimbun lemak. Inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa anak hasil bayi tabung cenderung berisiko mengalami obesitas ketika tumbuh besar.

Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil, terutama yang menjalani program bayi tabung, untuk memastikan asupan nutrisi janin terpenuhi sejak awal kehamilan. Dengan pemenuhan nutrisi yang optimal, risiko gangguan metabolisme dapat ditekan, dan anak bisa tumbuh sehat tanpa harus menghadapi risiko obesitas di kemudian hari.

 

Risiko Lain pada Anak dari Program Bayi Tabung

Selain obesitas, terdapat beberapa risiko kesehatan lain yang bisa terjadi pada anak yang lahir melalui metode ini. Mengetahui berbagai risiko ini penting agar orang tua dapat melakukan tindakan pencegahan sedini mungkin.

1. Kehamilan Ektopik

Salah satu risiko yang dapat dialami dalam program bayi tabung adalah kehamilan ektopik, yaitu kehamilan yang terjadi di luar rahim, umumnya di tuba falopi. Ketika embrio tidak berhasil menempel di rahim dan malah berada di lokasi yang tidak sesuai, hal ini dapat memicu komplikasi serius. Gejala yang sering muncul meliputi nyeri perut hebat, munculnya bercak darah, dan perubahan warna cairan keputihan.

2. Sindrom Hiperstimulasi Ovarium

Program bayi tabung juga dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS), terutama jika respons tubuh terhadap obat penyubur terlalu tinggi. Kondisi ini ditandai dengan produksi sel telur dalam jumlah yang berlebihan, yang bisa menyebabkan gejala seperti perut kembung, mual, muntah, dan bahkan diare. Meski kasus ini jarang terjadi, penting untuk tetap waspada terhadap tanda-tandanya.

 

Menimbang Harapan dan Risiko

Prosedur bayi tabung memberikan harapan besar bagi pasangan yang mengalami infertilitas, tetapi juga perlu disertai dengan pemahaman yang menyeluruh mengenai risiko yang mungkin terjadi. Konsultasi medis secara rutin, pemantauan kesehatan yang cermat, serta gaya hidup yang mendukung selama kehamilan menjadi kunci utama dalam meminimalkan risiko tersebut.

Dengan pendekatan yang hati-hati dan persiapan yang matang, program bayi tabung tetap dapat menjadi jalan bagi banyak pasangan untuk meraih kebahagiaan memiliki buah hati, sekaligus memastikan anak yang dilahirkan dapat tumbuh sehat dan optimal.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2023-11-29T112232.563.png
05/Jul/2025

Apa sebenarnya risiko kehamilan melalui bayi tabung?

Program bayi tabung (in vitro fertilization/IVF) bukanlah penyebab komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan kehamilan alami. Tingkat komplikasi yang muncul ternyata setara, namun persepsi risiko meningkat karena bayi tabung lebih sering melahirkan bayi kembar

Mengapa terkesan berisiko?

Alasan utama adalah kecenderungan kehamilan kembar, akibat stimulasi ovarium yang menghasilkan banyak sel telur. Kehamilan ganda memang memiliki risiko lebih tinggi seperti kelahiran prematur, pecah ketuban dini, dan preeklampsia. Namun, keinginan untuk hamil lebih dari satu bukanlah tujuan dari IVF, melainkan efek samping dari stimulasi hormon.

Usia ibu sebagai faktor penting

Bayi tabung sering dilakukan oleh wanita usia 35 tahun ke atas, di mana risiko komplikasi juga meningkat karena kondisi tubuh tidak seprima sebelumnya. Oleh karena itu, faktor usia bukan prosedur IVF lah yang menjadi pemicu komplikasi.

Bagaimana dengan risiko cacat lahir?

Tingkat cacat lahir pada bayi tabung rendah, kurang dari 1 %. Angka ini sama seperti kehamilan alami. Kasus seperti Down syndrome lebih banyak dikaitkan dengan usia ibu yang semakin tua, bukan proses IVF

Strategi Mengurangi Risiko pada Program Bayi Tabung

  1. Jalani sebelum usia 35 tahun
    Kesuburan menurun setelah usia 35, sehingga peluang berhasil juga menurun dan risiko komplikasi meningkat. Konsultasikan segera jika usaha alami belum membuahkan hasil.
  2. Single blastocyst transfer
    Dokter biasanya hanya menempatkan satu embrio dewasa ke dalam rahim, sementara embrio lainnya dibekukan. Langkah ini menekan kemungkinan kehamilan kembar
  3. Gaya hidup sehat
    Mulai pola hidup sehat sejak tiga bulan sebelum program: konsumsi makanan bergizi, hindari rokok dan alkohol, serta olahraga terukur. Ini penting untuk meningkatkan kualitas sel telur dan kondisi tubuh secara keseluruhan

Komplikasi yang sering dikaitkan dengan bayi tabung sejatinya dipengaruhi oleh dua faktor utama: kehamilan ganda dan usia ibu. Risiko kelainan bawaan juga tidak meningkat akibat IVF. Dengan strategi seperti memilih usia ideal, membatasi jumlah embrio yang ditransfer, dan menjaga gaya hidup, Anda bisa meminimalkan risiko dan menjalani program bayi tabung dengan lebih aman dan nyaman.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2025-01-09T170233.332.png
05/Jul/2025

Bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) merupakan salah satu solusi medis yang dirancang untuk membantu pasangan yang mengalami kesulitan memiliki keturunan secara alami. Dalam prosedur ini, pembuahan antara sel telur dan sperma dilakukan di luar tubuh, tepatnya di dalam sebuah tabung laboratorium. Metode ini menjadi alternatif yang cukup populer dan memiliki tingkat keberhasilan yang relatif tinggi, yaitu sekitar 30 hingga 40 persen, menjadikannya salah satu prosedur paling efektif dibanding metode lainnya.

Namun, seperti halnya proses medis lainnya, program bayi tabung tidak selalu menjanjikan keberhasilan. Ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan kegagalan, bahkan ketika seluruh prosedur telah dijalani sesuai dengan anjuran medis. Salah satu penyebab utamanya adalah kualitas embrio. Menurut Journal of Assisted Reproduction and Genetics, kualitas embrio dinilai dari aspek morfologi, tahap perkembangan, kondisi genetik, serta metabolisme. Embrio yang tidak sehat atau memiliki kelainan cenderung gagal menempel dan tumbuh dalam rahim, yang akhirnya menggagalkan kehamilan.

Berbagai Faktor yang Menyebabkan Gagalnya Program Bayi Tabung

Usia Sel Telur

Kualitas sel telur sangat mempengaruhi keberhasilan IVF. Seiring bertambahnya usia, kualitas dan jumlah sel telur pada wanita mengalami penurunan. Wanita di bawah usia 35 tahun memiliki tingkat keberhasilan implantasi hingga 45 persen, sementara pada usia 40 tahun, peluang tersebut turun drastis hingga hanya 15 persen. Oleh karena itu, usia menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum menjalani program bayi tabung.

Respon Ovarium terhadap Stimulasi

Dalam beberapa kasus, ovarium tidak memberikan respon optimal terhadap obat-obatan yang digunakan dalam proses IVF. Hal ini menyebabkan produksi sel telur menjadi minim, yang tentu saja mengurangi peluang keberhasilan program. Situasi ini lebih umum terjadi pada wanita berusia di atas 37 tahun atau mereka yang memiliki kadar hormon perangsang folikel (FSH) yang tinggi, yang mengindikasikan cadangan sel telur yang mulai menurun.

Kelainan Kromosom

Kelainan kromosom pada embrio merupakan faktor lain yang bisa menjadi penghalang keberhasilan IVF. Embrio yang memiliki bagian DNA yang hilang, ganda, atau tidak teratur kemungkinan besar akan mengalami kegagalan dalam proses implantasi, bahkan bisa menyebabkan keguguran meskipun pembuahan berhasil. Kelainan ini kerap kali bersifat genetik dan dapat diturunkan oleh salah satu atau kedua orang tua. Risiko kelainan kromosom juga meningkat seiring bertambahnya usia, baik pada wanita maupun pria.

Gaya Hidup yang Tidak Sehat

Kebiasaan hidup sehari-hari memainkan peran penting dalam menentukan keberhasilan bayi tabung. Merokok dan konsumsi alkohol, misalnya, terbukti menurunkan efektivitas IVF. Pasangan yang merokok biasanya membutuhkan lebih banyak siklus IVF untuk mencapai kehamilan, dan risiko keguguran pun meningkat. Selain itu, berat badan juga menjadi faktor penentu. Wanita yang memiliki kelebihan atau kekurangan berat badan disarankan untuk mencapai berat badan ideal terlebih dahulu. Dalam beberapa kasus, penurunan berat badan sebesar 10 persen sudah cukup untuk meningkatkan peluang keberhasilan.

Gangguan pada Proses Implantasi

Agar program bayi tabung berhasil, embrio harus berhasil menempel pada lapisan dalam rahim atau endometrium. Jika proses ini terganggu, kehamilan tidak akan terjadi. Berbagai kondisi medis dapat menghambat implantasi, seperti endometritis, gangguan hormon, penyakit autoimun, polip rahim, infeksi pada uterus, hingga bentuk rahim yang tidak normal. Semua kondisi ini bisa menjadi penghambat utama dalam program IVF.

Kendala Teknis dalam Prosedur IVF

Proses bayi tabung sangat kompleks dan memerlukan ketelitian tinggi. Kesalahan teknis, baik dalam tahap pemindahan embrio maupun proses laboratorium lainnya, dapat menyebabkan kegagalan. Oleh sebab itu, pemilihan klinik fertilitas dan dokter yang berpengalaman sangat penting. Dokter yang berkompeten dan berpengalaman akan meningkatkan peluang keberhasilan dengan meminimalisir risiko kesalahan teknis.

Meskipun program bayi tabung membawa harapan besar bagi pasangan yang mengalami gangguan kesuburan, penting untuk memahami bahwa keberhasilan tidak bisa dijamin sepenuhnya. Banyak faktor yang harus diperhatikan dan dipersiapkan secara matang, mulai dari kondisi medis hingga gaya hidup. Berkonsultasi dengan tenaga medis profesional dan mengikuti setiap tahapan dengan cermat adalah kunci utama dalam meningkatkan peluang keberhasilan program ini.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-44.png
05/Jul/2025

Bagi pasangan yang mengalami kesulitan untuk memiliki keturunan secara alami, program bayi tabung atau in vitro fertilization (IVF) menjadi salah satu pilihan yang layak untuk diupayakan. Meski prosesnya tidak selalu mudah, banyak pasangan yang berhasil mewujudkan impian mereka menjadi orang tua melalui teknologi reproduksi ini.

Namun, seperti halnya proses medis lainnya, IVF memiliki tingkat keberhasilan yang bervariasi. Di Indonesia, tingkat kesuksesan program ini berkisar antara 30 hingga 50 persen. Artinya, terdapat peluang sebesar 50 hingga 70 persen bahwa upaya ini bisa gagal. Sekilas, angka keberhasilan tersebut tampak kecil. Namun bagi pasangan yang sebelumnya tidak memiliki peluang sama sekali untuk hamil, angka ini merupakan secercah harapan yang sangat berarti.

Banyak kisah inspiratif yang datang dari pasangan pejuang IVF ada yang berhasil pada percobaan pertama, ada yang sukses pada siklus kedua, dan tak sedikit pula yang dengan tekad kuat mencoba hingga tiga atau empat kali. Setiap perjuangan tentu memiliki tantangannya masing-masing, dan ketika satu siklus gagal, bukan berarti semuanya berakhir. Justru ini bisa menjadi awal dari evaluasi yang lebih matang untuk mencoba kembali.

Menurut dr. Thomas Cahyadi, Sp.OG, dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh Pusat Fertilitas Bocah Indonesia, bila embrio masih tersedia dari siklus sebelumnya, maka proses bisa langsung dilanjutkan dengan penanaman ulang. Namun, jika ingin memulai dari awal dengan batch baru, maka evaluasi menyeluruh bersama tim dokter menjadi langkah penting. Tujuannya adalah untuk menemukan titik-titik yang perlu diperbaiki sebelum memulai siklus kedua.

Pertanyaan umum yang sering muncul setelah kegagalan pertama adalah: seberapa besar peluang berhasil pada siklus berikutnya? Sayangnya, pertanyaan ini tidak memiliki jawaban tunggal. Setiap pasangan memiliki kondisi yang berbeda-beda, sehingga tingkat keberhasilan pun sangat individual.

Setelah satu kali gagal, tim dokter biasanya akan melakukan peninjauan ulang terhadap seluruh proses IVF sebelumnya. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh mulai dari tahap stimulasi ovarium, pengambilan sel telur, kualitas dan kuantitas sel telur, keberhasilan pembuahan, perkembangan embrio, hingga prosedur transfer embrio. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengidentifikasi secara spesifik di mana letak masalah yang menyebabkan kegagalan.

Pusat fertilitas biasanya melibatkan tim multidisipliner yang terdiri dari dokter spesialis obstetri dan ginekologi, embriolog, androlog, dan tenaga ahli lainnya. Mereka bekerja sama untuk mengurai riwayat siklus pertama dan menyusun strategi agar siklus selanjutnya memiliki peluang lebih besar untuk berhasil. Setiap masalah yang ditemukan akan ditangani terlebih dahulu sebelum memulai kembali, dengan harapan kesalahan serupa tidak terulang.

Peluang berhasilnya program IVF di siklus kedua sangat bergantung pada sejumlah faktor penting, di antaranya:

  • Usia wanita saat menjalani program
  • Kualitas dan jumlah sel telur yang tersedia
  • Kualitas sperma pasangan
  • Penyebab infertilitas yang dialami
  • Jumlah sel telur yang berhasil diambil
  • Kondisi rahim
  • Kualitas genetik dan kromosom dari embrio
  • Laju perkembangan embrio serta kualitas dan stabilitasnya selama proses di laboratorium

Selain faktor-faktor biologis tersebut, keberhasilan IVF juga ditentukan oleh kualitas dan keterampilan tim medis dan laboratorium yang menangani. Hal-hal seperti kualitas stimulasi ovarium yang dikendalikan oleh dokter, prosedur pengambilan sel telur, dan keterampilan dalam melakukan transfer embrio sangat memengaruhi hasil akhir. Laboratorium dengan fasilitas dan protokol kerja yang baik akan meningkatkan peluang kesuksesan program secara signifikan.

Tidak jarang pasangan menghadapi kendala pada lebih dari satu faktor di atas. Oleh karena itu, penting untuk mendiskusikan secara terbuka dengan dokter mengenai kemungkinan dan tantangan yang ada. Dari sini, pasangan dapat memperoleh gambaran realistis tentang potensi keberhasilan pada siklus berikutnya, serta menentukan langkah terbaik untuk ke depan.

Menjalani program IVF memang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan keteguhan hati. Tetapi selama harapan itu masih ada, perjuangan pun layak dilanjutkan. Karena siapa tahu, justru pada usaha berikutnya, keajaiban itu datang dan mimpi menjadi orang tua akhirnya terwujud.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2024-12-04T153448.739.png
04/Jul/2025

Bepergian dengan sepeda motor saat sedang hamil sering menimbulkan kekhawatiran. Banyak calon ibu merasa cemas akan dampaknya terhadap kehamilan mereka. Namun sebenarnya, berkendara atau menjadi penumpang sepeda motor selama masa kehamilan masih tergolong aman, asalkan dilakukan dengan penuh kewaspadaan dan memperhatikan beberapa aspek penting.

Sepeda motor memang menawarkan kepraktisan dan efisiensi, terutama di tengah kemacetan kota. Namun, kendaraan roda dua ini juga menuntut kehati-hatian ekstra, khususnya bagi ibu hamil yang harus memperhitungkan keselamatan diri dan janin.

Secara umum, naik motor selama kehamilan diperbolehkan, terutama setelah memasuki trimester kedua. Pada masa ini, janin telah berkembang lebih stabil dan tubuh ibu biasanya sudah terbebas dari keluhan seperti mual dan muntah berlebihan. Akan tetapi, kondisi ibu dan janin harus benar-benar sehat tanpa keluhan medis yang membahayakan.

Ada beberapa kondisi yang membuat ibu hamil perlu lebih berhati-hati atau bahkan sebaiknya menghindari bepergian dengan motor, antara lain:

  • Tubuh yang terasa sangat lelah dan memerlukan banyak istirahat.
  • Kehamilan dengan plasenta previa atau letak plasenta rendah.
  • Adanya gangguan pada tulang belakang.
  • Kondisi serviks yang lemah.
  • Risiko tinggi melahirkan prematur.
  • Riwayat perdarahan selama kehamilan.

Kekhawatiran umum lainnya adalah dampak guncangan saat melewati jalan rusak. Meski hal ini sering membuat ibu hamil merasa tidak nyaman, secara medis belum ada bukti kuat bahwa guncangan dari motor secara langsung membahayakan janin. Ini karena janin di dalam rahim dilindungi oleh cairan ketuban serta struktur otot dan tulang panggul yang kuat.

Meski begitu, ancaman terbesar tetap datang dari potensi kecelakaan lalu lintas, seperti tergelincir atau tabrakan. Insiden semacam ini dapat menyebabkan komplikasi serius, mulai dari cedera pada rahim hingga lepasnya plasenta (solusio plasenta), yang tentu sangat berisiko bagi keselamatan ibu dan janin.

Agar tetap aman saat berkendara menggunakan motor selama kehamilan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Selalu kenakan helm standar SNI dengan benar.
  • Gunakan jaket untuk melindungi tubuh dari angin dan paparan matahari.
  • Pilih posisi duduk yang nyaman dan tidak memberikan tekanan berlebih pada perut. Hindari duduk menyamping karena berisiko tidak stabil.
  • Jangan berkendara terlalu lama, dan sebaiknya hindari bepergian pada jam sibuk atau malam hari.
  • Hindari naik motor saat hujan atau ketika jalanan licin.
  • Jangan memaksakan diri berkendara saat tubuh sedang tidak fit atau sedang sakit.
  • Mintalah bantuan saat hendak menyalakan motor, terutama jika menggunakan kick-starter.

Saat memasuki trimester ketiga, disarankan untuk tidak lagi mengendarai atau menjadi penumpang sepeda motor. Pada fase ini, perut yang semakin membesar dapat mengganggu keseimbangan dan kemampuan refleks pun cenderung menurun. Hal ini membuat pengendalian motor menjadi lebih sulit dan berisiko.

Sebagai alternatif, pilihlah moda transportasi yang lebih aman dan nyaman, seperti mobil pribadi, taksi, atau kendaraan umum yang memadai. Yang tak kalah penting, lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter kandungan. Bila Anda termasuk ibu hamil yang masih sering bepergian dengan motor, sebaiknya diskusikan secara langsung dengan dokter untuk mengetahui tips atau batasan tertentu demi menjaga keselamatan Anda dan janin.

Menjaga keselamatan selama kehamilan adalah prioritas utama. Maka dari itu, jika tetap harus naik motor, pastikan Anda sudah mempertimbangkan dengan matang semua risiko dan melakukan segala upaya pencegahan yang diperlukan.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2024-08-07T094936.238.png
04/Jul/2025

Program bayi tabung atau fertilisasi in vitro (IVF) telah menjadi salah satu alternatif populer bagi pasangan yang mendambakan kehadiran buah hati. Menariknya, dari sekian banyak kehamilan yang terjadi melalui metode ini, cukup banyak di antaranya yang berujung pada kehamilan kembar. Hal ini menimbulkan pertanyaan: apakah memang IVF dapat meningkatkan kemungkinan hamil anak kembar?

Mengapa IVF Bisa Memicu Kehamilan Kembar

Program bayi tabung merupakan prosedur pembuahan yang dilakukan di luar tubuh wanita. Setelah berhasil dibuahi, embrio akan ditanamkan kembali ke dalam rahim. Tidak seperti pembuahan secara alami yang umumnya hanya melibatkan satu sel telur, prosedur IVF memungkinkan dokter untuk memasukkan lebih dari satu embrio sekaligus ke dalam rahim calon ibu.

Jika seluruh embrio yang dimasukkan berkembang dengan baik, maka kehamilan kembar khususnya kembar fraternal atau tidak identikĀ  sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila program IVF memiliki tingkat kemungkinan kehamilan kembar yang lebih tinggi dibandingkan proses alami.

Menariknya, peluang terjadinya kembar identik juga meningkat pada prosedur bayi tabung, meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami. Dengan demikian, IVF dinilai memiliki potensi lebih besar dalam menghasilkan kehamilan kembar, baik fraternal maupun identik.

Seberapa Besar Peluangnya?

Menurut data dari Human Fertilisation & Embryology Authority, sekitar 11% kehamilan yang terjadi melalui prosedur bayi tabung di Amerika Serikat berakhir dengan kelahiran anak kembar. Bandingkan dengan angka kehamilan kembar secara alami yang hanya berkisar antara 1 hingga 2 persen.

Namun, meskipun peluangnya lebih tinggi, tidak ada jaminan bahwa proses IVF dengan lebih dari satu embrio akan selalu menghasilkan kehamilan kembar. Bisa saja hanya satu embrio yang berhasil menempel dan berkembang, sehingga kehamilan tetap terjadi secara tunggal.

Selain metode pembuahan, keberhasilan kehamilan kembar juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti usia ibu, pola makan, kualitas sperma dan sel telur, hingga riwayat genetika. Kondisi medis tertentu seperti endometriosis dan sindrom ovarium polikistik (PCOS) juga diketahui dapat memengaruhi peluang kehamilan, termasuk kehamilan kembar.

Langkah-langkah IVF untuk Kehamilan Kembar

Prosedur IVF untuk menghasilkan kehamilan kembar sebenarnya tidak jauh berbeda dengan IVF untuk kehamilan tunggal. Perbedaannya terletak pada jumlah embrio yang ditanamkan ke dalam rahim. Berikut ini adalah tahapan prosedur IVF secara umum:

1. Tahap Persiapan

Proses diawali dengan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh, termasuk tes hormon FSH, pemeriksaan penyakit menular, evaluasi kondisi rahim, hingga analisis kualitas sperma. Setelah semua syarat terpenuhi, dokter akan memberikan obat untuk merangsang indung telur agar menghasilkan lebih dari satu sel telur, berbeda dengan siklus alami yang biasanya hanya memproduksi satu sel telur.

Untuk mematangkan sel telur, pasien akan mendapatkan suntikan hormon hCG. Waktu penyuntikan ini juga akan menentukan kapan pengambilan sel telur dilakukan.

2. Pengambilan Sel Telur dan Sperma

Sel telur biasanya diambil sekitar 34 hingga 36 jam setelah penyuntikan terakhir. Proses ini dilakukan menggunakan alat penyedot khusus yang dimasukkan melalui vagina. Sementara itu, sperma bisa diambil dari suami melalui masturbasi. Jika tidak memungkinkan, dokter bisa mengambil sperma langsung dari testis menggunakan jarum kecil.

3. Proses Pembuahan

Sel telur dan sperma yang telah dikumpulkan kemudian dipertemukan dalam satu wadah untuk memungkinkan pembuahan secara alami. Jika proses ini tidak berhasil, dokter bisa menggunakan teknik intracytoplasmic sperm injection (ICSI), yaitu dengan menyuntikkan sperma langsung ke dalam sel telur untuk meningkatkan kemungkinan pembuahan.

4. Transfer Embrio

Tiga hingga lima hari setelah pembuahan, embrio akan dimasukkan kembali ke dalam rahim. Apabila pasien dan dokter sepakat untuk meningkatkan peluang hamil kembar, maka lebih dari satu embrio bisa ditransfer. Sementara itu, embrio yang tidak digunakan bisa disimpan melalui proses pembekuan atau egg freezing.

Setelah transfer, dokter akan memantau kondisi pasien untuk memastikan apakah embrio berhasil menempel pada dinding rahim dan berkembang menjadi kehamilan.

Apakah IVF Menjamin Kehamilan Kembar?

Meskipun prosedur IVF memungkinkan terjadinya kehamilan kembar, perlu dipahami bahwa tidak ada jaminan pasti. Semua bergantung pada respons tubuh masing-masing individu serta berbagai faktor pendukung lainnya.

Bagi pasangan yang menginginkan anak kembar, penting untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis fertilitas. Melalui diskusi dan evaluasi medis yang tepat, rencana kehamilan bisa disusun secara lebih matang untuk meningkatkan kemungkinan mencapai keinginan tersebut.

Dengan perkembangan teknologi reproduksi yang semakin maju, impian memiliki anak kembar memang bukan lagi sesuatu yang mustahil. Namun, kesadaran dan pemahaman tentang seluruh proses IVF, termasuk risikonya, tetap harus menjadi pertimbangan utama.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2023-12-04T112416.071.png
04/Jul/2025

Transfer embrio adalah tahap akhir dalam program bayi tabung (IVF) yang sangat menentukan keberhasilan kehamilan. Dalam proses ini, embrio hasil pembuahan di laboratorium dipindahkan ke dalam rahim, dengan harapan ia akan menempel pada dinding rahim dan berkembang menjadi janin. Salah satu tanda bahwa embrio berhasil menempel adalah terjadinya perdarahan implantasi, biasanya berupa flek merah muda atau kecoklatan. Karena tahap ini sangat krusial, para calon ibu biasanya memperhatikan dengan cermat berbagai hal yang dapat meningkatkan peluang keberhasilan, termasuk posisi tidur.

Posisi Tidur yang Disarankan Setelah Embrio Transfer

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa posisi tidur setelah embrio transfer memiliki pengaruh terhadap proses implantasi. Salah satu posisi yang disarankan adalah telentang, yang disebut dapat meningkatkan keberhasilan implantasi embrio meski hanya sebesar 0,014%. Untuk kenyamanan, Anda dapat meletakkan bantal di antara lutut agar otot perut tidak terlalu tegang.

Selain telentang, posisi menyamping ke kiri juga sangat dianjurkan. Posisi ini membantu meningkatkan aliran darah ke rahim, yang penting untuk proses penempelan embrio. Selain itu, posisi ini juga mengurangi tekanan pada perut dan membantu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga menurunkan risiko komplikasi.

Namun, tidak semua orang merasa nyaman tidur dalam posisi menyamping ke kiri. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat tidur dengan posisi ini menjadi lebih nyaman:

  • Letakkan bantal di antara lutut untuk menjaga kesejajaran pinggul dan mengurangi tekanan pada punggung bawah.
  • Mandi air hangat sebelum tidur agar otot-otot lebih rileks dan tubuh lebih mudah beradaptasi dengan posisi tidur menyamping.
  • Gunakan bantal kehamilan untuk menyokong kaki dan perut. Bantal khusus ini membantu meningkatkan aliran darah, mengurangi rasa sakit saat tidur, dan memberikan dukungan tambahan bagi tubuh.

Selain posisi menyamping dan telentang, posisi berbaring dengan kepala dan perut sedikit terangkat juga direkomendasikan. Posisi ini membantu memperlancar aliran darah ke rahim dan mengurangi tekanan pada punggung. Yang perlu dihindari adalah tidur tengkurap, karena dapat menekan perut dan menghambat aliran darah ke rahim, serta memberi tekanan berlebih pada organ reproduksi.

Pentingnya Tidur Berkualitas dalam Program Bayi Tabung

Tidur yang cukup dan berkualitas tidak kalah penting dari posisi tidur. Selama tidur malam yang cukup idealnya minimal delapan jam per malam tubuh memiliki kesempatan untuk melakukan pemulihan dan regulasi berbagai proses fisiologis, termasuk yang berhubungan dengan sistem reproduksi.

Studi menunjukkan bahwa kekurangan tidur dapat mengganggu keseimbangan hormon reproduksi. Penurunan kadar hormon FSH (follicle-stimulating hormone) dan peningkatan hormon stres seperti kortisol bisa mengganggu ovulasi dan memengaruhi kualitas sperma.

Selain itu, tidur yang baik juga membantu menstabilkan kondisi mental dan emosional. Tingkat stres yang tinggi bisa berdampak buruk pada produksi hormon reproduksi, mengganggu siklus menstruasi pada wanita, dan menurunkan kualitas sperma pada pria. Maka dari itu, menjaga pola tidur yang teratur dan memastikan kualitas tidur yang baik menjadi kunci penting dalam mendukung keberhasilan program bayi tabung.

Tanda-Tanda Embrio Berhasil Menempel di Rahim

Keberhasilan transfer embrio biasanya dapat diketahui dalam waktu 10 hingga 14 hari setelah prosedur. Beberapa tanda yang bisa dirasakan antara lain:

  • Suhu basal tubuh yang meningkat
  • Payudara terasa lebih sensitif
  • Mual
  • Perubahan suasana hati
  • Sering buang air kecil
  • Perubahan selera makan atau munculnya keinginan terhadap makanan tertentu
  • Perubahan pola tidur
  • Kram ringan di sekitar rahim
  • Peningkatan sensitivitas terhadap bau
  • Mudah merasa lelah

Selama 24 hingga 48 jam pertama setelah transfer embrio, disarankan untuk beristirahat total di tempat tidur. Setelah itu, Anda boleh mulai melakukan aktivitas ringan, namun tetap menghindari aktivitas berat untuk sementara waktu demi mendukung proses implantasi berjalan lancar.

Menjaga pola hidup sehat, termasuk memilih posisi tidur yang tepat dan tidur yang berkualitas, bisa memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan program bayi tabung. Meski tidak menjamin 100%, langkah-langkah kecil ini dapat membantu memaksimalkan peluang keberhasilan dan memberi harapan baru bagi pasangan yang sedang berjuang mendapatkan momongan.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2025-01-03T152812.969.png
02/Jul/2025

Testis, atau yang juga dikenal sebagai buah zakar, merupakan organ penting dalam sistem reproduksi pria. Bentuknya oval dan ukurannya sebanding dengan buah zaitun, organ ini berada dalam skrotum, yaitu kantung kulit yang tergantung di bagian belakang organ reproduksi pria. Fungsi utama testis adalah memproduksi hormon pria, terutama testosteron, yang berperan dalam pembentukan sel sperma dan sel-sel reproduksi lainnya. Oleh karena itu, menjaga kesehatan testis sangat penting, terlebih karena organ ini rentan mengalami berbagai gangguan.

 

Berbagai Penyakit yang Umum Menyerang Testis

Testis dikenal sebagai organ yang sangat sensitif, sehingga mudah mengalami cedera maupun infeksi. Berikut beberapa kondisi medis yang umum terjadi pada testis:

  1. Epididimitis

Merupakan peradangan pada epididimis, yaitu saluran di belakang testis yang berfungsi membawa sperma ke uretra. Infeksi bakteri atau penyakit menular seksual sering kali menjadi penyebabnya. Kondisi ini umumnya menyerang pria berusia 19 hingga 35 tahun. Gejalanya meliputi demam ringan, nyeri dan pembengkakan pada epididimis, sering buang air kecil disertai rasa sakit, nyeri saat berhubungan intim, dan munculnya darah pada sperma ketika ejakulasi.

  1. Trauma Testis

Trauma terjadi saat testis mengalami benturan atau tekanan dari benda keras. Cedera ini dapat menimbulkan rasa mual, pembengkakan, atau memar. Cedera ringan biasanya membaik dalam waktu kurang dari satu jam, tetapi bila rasa nyeri bertahan lebih lama dan disertai pembengkakan, hal tersebut mengindikasikan cedera serius yang memerlukan penanganan medis segera.

  1. Kanker Testis

Meskipun bukan penyakit menular, kanker testis dapat disembuhkan jika ditangani sejak dini. Penyakit ini lebih sering terjadi pada pria berusia 30 hingga 35 tahun. Gejalanya mencakup rasa berat pada skrotum, nyeri perut, panas pada selangkangan, serta rasa tidak nyaman di testis atau skrotum. Beberapa penderita juga mengalami nyeri punggung dan dada. Kehadiran tumor di testis bisa menjadi indikasi kondisi seperti teratoma.

  1. Varikokel

Merupakan pembengkakan pembuluh darah vena dalam skrotum yang menyerupai varises. Varikokel dapat terjadi di salah satu atau kedua sisi skrotum dan menyebabkan pembesaran pembuluh darah. Gejala yang sering muncul antara lain benjolan tiba-tiba pada skrotum, pembengkakan, nyeri berkepanjangan, serta pembesaran pembuluh darah di bagian atas skrotum.

  1. Hidrokel

Kondisi ini ditandai dengan penumpukan cairan jernih di sekitar testis. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bisa menyebabkan pembengkakan di skrotum dan area selangkangan. Hidrokel dapat dialami oleh bayi yang baru lahir maupun pria berusia di atas 40 tahun. Jika menimbulkan gejala, penderita mungkin merasakan nyeri, pembengkakan, kemerahan, serta tekanan di area bawah organ reproduksi.

Memahami berbagai penyakit ini penting untuk meningkatkan kewaspadaan dan mendukung upaya pencegahan terhadap gangguan kesehatan testis.

Fungsi Utama Testis bagi Kesehatan dan Reproduksi Pria

Testis tidak hanya penting untuk fungsi seksual, tapi juga berperan besar dalam kesehatan secara keseluruhan. Berikut beberapa fungsinya yang krusial:

  1. Produksi Sperma (Spermatogenesis)

Testis berfungsi menghasilkan sperma melalui proses yang disebut spermatogenesis. Dalam proses ini, sel-sel spermatogonia berkembang menjadi sperma matang yang membawa materi genetik untuk pembuahan.

  1. Produksi Hormon Testosteron

Testosteron adalah hormon utama pria yang diproduksi oleh testis. Hormon ini berperan dalam perkembangan seksual, pembentukan massa otot, pertumbuhan rambut tubuh, serta menjaga kepadatan tulang dan kestabilan suasana hati.

  1. Pengaturan Suhu Organ Reproduksi

Agar sperma dapat diproduksi secara optimal, testis perlu berada pada suhu yang lebih rendah daripada suhu tubuh. Skrotum membantu mengatur suhu ini dengan mengontraksi atau mengendur, tergantung pada kondisi suhu lingkungan.

  1. Pertumbuhan dan Perkembangan Seksual

Selama masa pubertas, testis menghasilkan testosteron yang mendorong perkembangan penis, prostat, dan pertumbuhan rambut di area kemaluan maupun wajah.

  1. Respons terhadap Hormon Luteinizing (LH)

Testis merespons sinyal dari otak melalui hormon LH yang diproduksi oleh kelenjar pituitari. Hormon ini merangsang produksi testosteron dan mengatur fungsi testis secara keseluruhan.

Memelihara kesehatan testis sama artinya dengan menjaga fungsi reproduksi, keseimbangan hormonal, dan kualitas hidup pria secara menyeluruh. Pemahaman akan fungsi serta ancaman penyakit pada organ ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk lebih peduli terhadap kesehatan reproduksi pria.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


Copyright by SignumFertility 2025. All rights reserved.