Merokok dan Kesuburan Pria: Ancaman Tersembunyi yang Perlu Diwaspadai

Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dalam hal prevalensi perokok. Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2020, sekitar 35,6% penduduk dewasa Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas adalah perokok aktif. Ini berarti sekitar 57 juta orang di Indonesia secara rutin mengonsumsi produk tembakau, menjadikan negara ini sebagai salah satu dengan tingkat perokok tertinggi di dunia.
Tingginya angka perokok ini bukan hanya menjadi masalah kesehatan masyarakat secara umum, tetapi juga berdampak langsung terhadap kesehatan reproduksi, khususnya kesuburan pria. Banyak yang belum menyadari bahwa merokok bukan sekadar kebiasaan, melainkan ancaman serius bagi kemampuan seorang pria untuk memiliki keturunan.
Kesuburan pria secara umum dipengaruhi oleh jumlah, bentuk, dan pergerakan sperma yang dihasilkan tubuh. Sperma yang sehat seharusnya memiliki bentuk yang normal, mampu bergerak lincah menuju sel telur, dan hadir dalam jumlah yang memadai di setiap mililiter cairan ejakulasi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah sperma normal berkisar antara 15 juta hingga 200 juta per mililiter. Selain itu, sekitar 40% hingga 60% dari jumlah sperma tersebut seharusnya aktif bergerak.
Namun, kenyataannya, tidak semua pria memiliki kualitas sperma yang sesuai dengan standar tersebut. Bahkan pria dengan jumlah sperma yang berada di bawah angka normal WHO sekalipun, dalam beberapa kasus, masih bisa membuahi. Hal ini menunjukkan bahwa kesuburan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari usia, kondisi kesehatan, pola hidup, hingga faktor genetik. Salah satu faktor risiko utama yang terbukti menurunkan kualitas sperma adalah merokok.
Zat kimia dalam asap rokok seperti nikotin, karbon monoksida, dan telah lama diketahui berdampak negatif terhadap spermatogenesis, yaitu proses pembentukan sperma. Studi menunjukkan bahwa pria perokok cenderung memiliki jumlah sperma yang lebih sedikit, dengan bentuk yang tidak normal serta pergerakan yang lambat. Semua faktor ini berkontribusi besar terhadap menurunnya potensi kesuburan. Bahkan, dalam program bayi tabung atau metode reproduksi berbantu lainnya, keberhasilan pembuahan juga bisa terhambat akibat kualitas sperma yang buruk akibat kebiasaan merokok.
Meski data spesifik mengenai tingkat kesuburan pria di Indonesia masih terbatas, sejumlah penelitian menunjukkan adanya tren penurunan kesuburan pria dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebab yang paling sering disebut adalah gaya hidup tidak sehat, terutama kebiasaan merokok yang meluas di kalangan pria usia produktif.
Berhenti merokok adalah langkah awal yang sangat disarankan bagi siapa pun yang ingin meningkatkan peluang untuk memiliki keturunan. Setelah menghentikan kebiasaan ini, tubuh secara bertahap akan memperbaiki diri. Produksi sperma bisa menjadi lebih sehat, dan peluang keberhasilan pembuahan pun meningkat.
Kesehatan reproduksi adalah aset penting, dan menjaga kualitasnya dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Jika Anda merokok, mungkin inilah saatnya untuk mempertimbangkan kembali dampaknya terhadap masa depan Anda dan keluarga yang ingin Anda bangun.
Bagi Anda yang sedang berjuang untuk mendapatkan momongan atau sekadar ingin memastikan kondisi kesuburan tetap optimal, berkonsultasilah dengan tenaga medis profesional.
Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.
Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:
081336865595
Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya