fbpx
Senin - Jumat08:00-14:00Sabtu08:00-13:00Call us 081336865595
Category filter:AllInformationKesehatanTipsUncategorizedVideo
No more posts

Artikel

Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda dan keluarga
artikel-2025-02-18T131958.916.png
05/Jun/2025

Meraih kehamilan adalah dambaan banyak wanita. Namun, bagi sebagian orang, jalan menuju impian ini tidaklah mudah. Ketika segala upaya alami belum membuahkan hasil, banyak pasangan mulai melirik pilihan medis, salah satunya adalah metode in vitro fertilization (IVF), yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan bayi tabung. Prosedur ini telah menjadi harapan baru bagi banyak pasangan yang menghadapi tantangan dalam memiliki momongan. Namun, di balik harapan itu, terselip pula kegelisahan, kekhawatiran, bahkan tekanan emosional yang tak bisa diabaikan.

 

Menyingkap Hubungan Antara Stres dan Keberhasilan IVF

Kerap kali, ketidakmampuan untuk hamil menimbulkan perasaan tidak lengkap, seakan ada kekurangan dalam diri seorang wanita. Perasaan ini bisa berkembang menjadi kesepian, gangguan kecemasan, bahkan depresi. Beberapa orang pun mulai percaya bahwa tekanan psikologis yang mereka alami bisa menjadi penyebab kegagalan dalam program pengobatan kesuburan, termasuk bayi tabung. Paradigma ini justru berpotensi memperparah kondisi mental yang sudah rapuh.

Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Social Science and Medicine memberikan sudut pandang yang berbeda. Studi ini menyatakan bahwa tekanan emosional tidak memiliki keterkaitan yang signifikan dengan hasil dari program bayi tabung. Artinya, stres, kecemasan, atau depresi yang dirasakan seorang wanita tidak serta-merta mengurangi peluang keberhasilan program tersebut terlepas dari usia, riwayat pengobatan, atau lamanya masa ketidaksuburan yang dialami.

Meski demikian, bukan berarti stres bisa diabaikan begitu saja. Ketika prosedur bayi tabung berhasil dan kehamilan tercapai, pengelolaan stres menjadi hal yang sangat penting. Tekanan emosional yang berlarut-larut bisa berpengaruh pada kondisi ibu hamil, terlebih pada trimester pertama yang rentan. Selain itu, aktivitas fisik yang berlebihan juga harus dihindari, karena dapat menyebabkan kelelahan yang tidak baik bagi tubuh dan janin yang sedang berkembang.

 

Risiko-Risiko yang Mengiringi Program Bayi Tabung

Meskipun tekanan emosional mungkin tidak memengaruhi tingkat keberhasilan IVF secara langsung, penting untuk memahami bahwa keberhasilan prosedur ini juga sangat dipengaruhi oleh gaya hidup dan kondisi kesehatan secara keseluruhan. Pola makan sehat, kebiasaan hidup seimbang, serta asupan nutrisi yang tepat adalah fondasi penting yang mendukung keberhasilan program ini.

Di sisi lain, program bayi tabung juga membawa beberapa potensi risiko yang perlu diketahui sejak awal. Salah satunya adalah kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik, yaitu kondisi ketika embrio yang berhasil dibuahi tidak menempel di dalam rahim, melainkan di luar rahim seperti pada tuba falopi, serviks, atau bahkan rongga perut. Gejala dari kondisi ini bisa berupa kram perut hebat disertai perdarahan ringan. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera karena dapat membahayakan keselamatan ibu.

Risiko lainnya adalah kehamilan kembar, yang memang menjadi salah satu tujuan beberapa pasangan yang memilih program bayi tabung. Namun perlu diketahui bahwa kehamilan kembar juga membawa risiko seperti kelahiran prematur atau berat badan lahir yang rendah. Ini berarti, perhatian ekstra harus diberikan sepanjang masa kehamilan.

Satu lagi risiko yang sering muncul adalah hiperstimulasi ovarium, yaitu kondisi ketika ovarium merespons obat penyubur secara berlebihan hingga menghasilkan terlalu banyak sel telur. Meski dalam beberapa kasus kondisi ini tidak membahayakan secara serius, namun bisa menyebabkan ketidaknyamanan dan memerlukan pemantauan medis ketat.

 

Menjalani Proses dengan Kesadaran Penuh

Program bayi tabung memang bukan jalan pintas menuju kehamilan, tetapi bisa menjadi jembatan harapan bagi banyak pasangan. Dalam proses yang kompleks ini, penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental secara seimbang. Mengelola stres, menerapkan pola hidup sehat, serta memahami risiko dan tahapan prosedur secara menyeluruh adalah bekal utama dalam menyongsong perjalanan menjadi orang tua.

Tidak ada yang mudah dalam perjuangan ini. Namun dengan kesiapan mental, dukungan pasangan, dan bimbingan medis yang tepat, langkah demi langkah akan terasa lebih ringan. Di balik segala tantangan yang ada, harapan untuk memeluk buah hati di pelukan tetap menjadi cahaya yang tak padam.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-20.png
05/Jun/2025

Merokok telah lama dikenal sebagai salah satu kebiasaan yang merugikan kesehatan, tidak hanya bagi perokok aktif, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Di balik kepulan asap rokok, tersembunyi berbagai potensi bahaya yang dapat merusak organ-organ vital dalam tubuh. Tak mengherankan jika data menunjukkan bahwa Indonesia menduduki posisi ketiga di dunia dalam jumlah perokok setelah Tiongkok dan India. Angka prevalensi merokok di Indonesia pun menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, dari 27% pada tahun 1995 menjadi 36,3% pada 2013. Prevalensi ini secara signifikan lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita.

Salah satu dampak yang sering kali kurang disadari dari kebiasaan merokok adalah kerusakan sistem reproduksi, khususnya pada pria. Merokok memicu stres oksidatif, sebuah kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara jumlah radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh. Stres oksidatif dapat menyebabkan gangguan pada berbagai fungsi biologis, termasuk kesehatan sistem reproduksi. Zat yang paling berperan dalam kondisi ini adalah Reactive Oxygen Species (ROS), yaitu molekul reaktif yang secara agresif dapat merusak struktur seluler, termasuk DNA, protein, dan membran sel.

Dalam konteks kesuburan pria, peningkatan kadar ROS yang tidak diimbangi oleh cukupnya antioksidan akan mengganggu proses spermatogenesis yakni pembentukan dan pematangan sel sperma. Asap rokok yang dihirup terus-menerus menghasilkan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan pada DNA spermatozoa dan mendorong terjadinya apoptosis atau kematian sel. Dampaknya sangat nyata: jumlah spermatozoa menurun, pergerakannya melemah, dan bentuknya menjadi tidak normal.

Melawan efek negatif ROS membutuhkan kehadiran sistem pertahanan antioksidan yang mumpuni. Salah satu senyawa antioksidan yang sangat potensial adalah vitamin C. Vitamin ini memiliki sifat polar yang tinggi berkat kandungan gugus hidroksil yang membuatnya mudah larut dalam air dan aktif dalam cairan ekstraseluler. Kemampuannya dalam menetralisir radikal hidroksil, superoksida, dan hidrogen peroksida menjadikannya andalan dalam menangkal stres oksidatif.

Vitamin C juga terbukti secara ilmiah dapat meningkatkan kualitas spermatozoa. Penelitian menunjukkan bahwa pria yang mendapatkan suplementasi vitamin C menunjukkan perbaikan signifikan dalam motilitas, jumlah, dan morfologi sperma. Kombinasi vitamin C dengan vitamin E pun memberikan hasil yang serupa, yakni meningkatnya kualitas sperma pada pria yang terpapar asap rokok.

Sebuah studi yang dilakukan pada pria perokok yang mengalami infertilitas mengungkap bahwa pemberian suplemen antioksidan yang mencakup vitamin C, vitamin E, koenzim Q10, seng, asam folat, dan selenium selama beberapa bulan mampu meningkatkan kualitas spermatozoa secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi berbasis antioksidan dapat menjadi solusi nyata dalam membantu memulihkan kualitas sperma yang rusak akibat paparan asap rokok.

Secara global, masalah kesuburan pria bukanlah persoalan sepele. Data dari berbagai sumber menyebutkan bahwa satu dari enam pasangan mengalami kesulitan memiliki anak, dan sekitar 30% dari kasus ini disebabkan oleh faktor pria. Oleh karena itu, penting bagi setiap pria untuk secara proaktif memeriksa kualitas spermanya melalui pemeriksaan andrologi. Meski tidak semua gangguan kesuburan dapat disembuhkan, berbagai langkah sederhana dan terjangkau dapat dilakukan untuk memperbaiki kesehatan sperma.

 

Faktor-Faktor yang Menentukan Kualitas Sperma

Tiga parameter utama yang menentukan kualitas sperma adalah kuantitas, motilitas, dan morfologi. Kuantitas mengacu pada jumlah sperma yang dikeluarkan dalam setiap ejakulasi, dan pria subur setidaknya memiliki 15 juta sperma per mililiter air mani. Motilitas merujuk pada kemampuan sperma untuk bergerak secara aktif menuju sel telur. Sedangkan morfologi mengacu pada bentuk sperma yang ideal, yakni kepala oval dan ekor panjang yang memungkinkan sperma bergerak dengan efektif.

 

Strategi Meningkatkan Kesuburan Pria

Berbagai pendekatan berbasis gaya hidup sehat bisa diterapkan untuk meningkatkan kesuburan pria, di antaranya:

1. Mengonsumsi Makanan Kaya Antioksidan

Antioksidan dapat melawan kerusakan sel akibat radikal bebas. Penelitian dalam Reproductive Biomedicine Online menunjukkan bahwa pria yang rutin mengonsumsi suplemen antioksidan memiliki risiko kerusakan DNA sperma yang lebih rendah dibandingkan yang tidak. Sumber antioksidan yang baik meliputi hati sapi, sayuran hijau, buah-buahan berwarna, tomat, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

2. Berhubungan Seksual secara Teratur

Berhubungan seks selama masa ovulasi wanita dapat meningkatkan peluang kehamilan. Meski belum ada patokan pasti terkait frekuensi ideal, menjaga konsistensi tetap penting.

3. Membatasi Asupan Kedelai

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fitoestrogen dalam kedelai dapat memengaruhi kesuburan pria, meskipun masih perlu dikaji lebih lanjut. Tetap konsumsi dalam jumlah wajar demi keseimbangan nutrisi.

4. Berhenti Merokok

Merokok menurunkan jumlah, pergerakan, dan bentuk sperma yang normal. Paparan asap rokok juga berdampak negatif pada keberhasilan program kehamilan berbantu, seperti IVF dan ICSI. Perempuan yang terpapar asap rokok memiliki tingkat keberhasilan IVF yang lebih rendah dan risiko keguguran yang lebih tinggi.

5. Mengurangi Konsumsi Alkohol

Kebiasaan minum alkohol menurunkan kuantitas dan kualitas sperma. Studi menunjukkan hanya sebagian kecil pria peminum berat yang memiliki sperma dalam kondisi ideal.

6. Mengonsumsi Vitamin C

Suplementasi vitamin C sebanyak 1.000 mg dua kali sehari selama dua bulan terbukti meningkatkan motilitas sperma hingga 92% dan kuantitasnya hingga 100%, serta menurunkan jumlah sperma abnormal hingga 55%.

7. Memenuhi Kebutuhan Vitamin D

Vitamin D berkaitan erat dengan kadar hormon testosteron. Penelitian menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D3 sebanyak 3.000 IU per hari selama setahun dapat meningkatkan kadar testosteron hingga 25%.

8. Olahraga Rutin

Aktivitas fisik secara teratur membantu meningkatkan testosteron dan kualitas sperma. Namun, latihan berlebihan justru dapat menurunkan kadar hormon ini.

9. Mengelola Stres

Stres meningkatkan kadar kortisol yang dapat menekan produksi testosteron. Relaksasi, meditasi, dan aktivitas menyenangkan dapat membantu mengelola stres secara efektif.

10. Menjaga Berat Badan Ideal

Berat badan yang tidak seimbang, baik kelebihan maupun kekurangan yang dapat mengganggu produksi hormon reproduktif dan memengaruhi kualitas sperma.

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin C sebagai antioksidan terbukti memberikan kontribusi positif dalam memperbaiki kualitas spermatozoa, khususnya pada pria yang terpapar asap rokok. Meski begitu, penting untuk menyeimbangkannya dengan perubahan gaya hidup secara menyeluruh demi hasil yang optimal. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memperkuat pemahaman mengenai hubungan antara vitamin C dan peningkatan kesuburan pria, namun langkah-langkah preventif dan intervensi sederhana seperti pola makan sehat dan berhenti merokok sudah terbukti membawa manfaat yang nyata.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2024-09-25T141423.021.png
05/Jun/2025

Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) adalah teknik canggih dalam dunia reproduksi berbantu yang dirancang untuk membantu pasangan yang menghadapi tantangan kesuburan, khususnya yang berkaitan dengan kualitas sperma. Prosedur ini melibatkan penyuntikan satu sel sperma langsung ke dalam sel telur matang, memberikan harapan baru bagi banyak pasangan untuk memiliki keturunan.

Siapa yang Cocok Menjalani ICSI?

ICSI umumnya direkomendasikan bagi pasangan yang mengalami:

  • Jumlah sperma yang sangat rendah (oligospermia)
  • Bentuk sperma yang tidak normal (teratospermia)
  • Pergerakan sperma yang buruk (asthenozoospermia)
  • Kegagalan pembuahan pada siklus IVF sebelumnya
  • Kebutuhan pengambilan sperma melalui prosedur bedah karena obstruksi atau kondisi medis lainnya
  • Penggunaan sperma beku dengan kualitas rendah
  • Perencanaan pengujian genetik pada embrio

 

Prosedur ICSI: Langkah Demi Langkah

Proses ICSI dimulai dengan stimulasi ovarium untuk menghasilkan beberapa sel telur matang. Setelah sel telur diambil, embriolog akan memilih satu sperma terbaik untuk disuntikkan langsung ke dalam setiap sel telur menggunakan mikropipet khusus. Embrio yang terbentuk kemudian dikultur selama beberapa hari sebelum dipindahkan ke dalam rahim.

 

Keberhasilan dan Pertimbangan

ICSI telah menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi dalam membantu pembuahan, terutama pada kasus infertilitas pria. Namun, seperti prosedur medis lainnya, ICSI memiliki risiko, termasuk kemungkinan kerusakan pada sel telur selama proses penyuntikan dan potensi masalah genetik pada keturunan. Konsultasi dengan spesialis kesuburan dan pertimbangan matang sangat penting sebelum memutuskan menjalani prosedur ini.

 

Inovasi dalam Teknik ICSI

Perkembangan teknologi telah membawa inovasi dalam teknik ICSI, seperti penggunaan mikroskop dengan pembesaran tinggi untuk memilih sperma dengan morfologi terbaik, yang dikenal sebagai IMSI (Intracytoplasmic Morphologically Selected Sperm Injection). Teknik ini meningkatkan peluang keberhasilan dengan memilih sperma yang paling sehat untuk pembuahan.

Dengan pemahaman yang tepat dan dukungan medis yang profesional, ICSI menawarkan solusi bagi pasangan yang menghadapi tantangan kesuburan, membuka jalan menuju impian memiliki buah hati.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2023-11-06T091239.391.png
04/Jun/2025

Ketidaksuburan kini menjadi perhatian serius dunia. Berdasarkan laporan terbaru yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 4 April 2024, sekitar 17,5 persen populasi orang dewasa di seluruh dunia yang setara dengan satu dari enam orang mengalami masalah infertilitas. Fakta ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk memperluas akses terhadap layanan kesuburan yang berkualitas dan terjangkau bagi semua kalangan.

Laporan bertajuk Infertility Prevalence Estimates, 1990–2021 disusun oleh Program Penelitian Reproduksi Manusia (HRP), sebuah inisiatif di bawah naungan PBB. Data yang dihimpun menunjukkan bahwa prevalensi ketidaksuburan hampir setara di berbagai belahan dunia, tanpa memandang tingkat pendapatan negara. Di negara-negara berpenghasilan tinggi, prevalensinya tercatat sebesar 17,8 persen, sementara di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah mencapai 16,5 persen. Temuan ini memperkuat kenyataan bahwa infertilitas adalah masalah universal yang menyentuh banyak aspek kehidupan.

Infertilitas sendiri didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai kehamilan setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi. Kondisi ini bukan hanya persoalan medis, melainkan juga sosial dan emosional. Individu atau pasangan yang mengalami ketidaksuburan kerap menghadapi tekanan psikologis, stigma dari lingkungan, hingga beban finansial yang tidak sedikit.

Meskipun tersedia teknologi medis seperti fertilisasi in vitro (IVF) atau bayi tabung, akses terhadap layanan tersebut masih jauh dari merata. Biaya yang tinggi, keterbatasan infrastruktur, serta norma sosial yang membatasi, menjadi hambatan utama bagi banyak orang untuk memperoleh perawatan yang layak.

Di banyak negara, biaya pengobatan infertilitas masih sepenuhnya menjadi tanggungan pribadi. Hal ini menciptakan ketimpangan akses yang dalam dan membuat keluarga berpenghasilan rendah semakin rentan terhadap jerat kemiskinan medis.

Sebagai respons terhadap berbagai tantangan ini, HRP telah memfokuskan upayanya pada pengembangan kebijakan dan pendekatan kesehatan reproduksi yang lebih merata dan inklusif. Salah satu perhatian utama adalah pencegahan dan penanganan perdarahan pasca-persalinan (PPH), yang hingga kini masih menjadi penyebab utama kematian ibu. Inisiatif terbaru HRP, yakni paket pengobatan E-MOTIVE, telah diuji coba terhadap lebih dari 200 ribu perempuan di sejumlah negara Afrika. Hasilnya menunjukkan penurunan signifikan hingga 60 persen dalam risiko perdarahan berat dan kematian akibat PPH.

Dalam konteks layanan aborsi, HRP juga telah merilis panduan klinis WHO terbaru tentang praktik aborsi yang aman dan berkualitas. Panduan ini dilengkapi dengan dukungan teknologi digital serta pelatihan daring bagi tenaga kesehatan, seiring dengan fakta bahwa hampir 73 juta aborsi terjadi setiap tahun secara global dan hampir separuhnya dilakukan secara tidak aman.

Upaya lain yang tengah dikembangkan adalah peningkatan akses terhadap layanan kesehatan berbasis perawatan mandiri (self-care), seperti penggunaan tes kehamilan mandiri, obat-obatan aborsi, serta kontrasepsi suntik yang dapat diberikan secara mandiri. Inovasi ini diharapkan mampu memperluas jangkauan layanan kesehatan seksual dan reproduksi, terutama bagi komunitas yang hidup di daerah terpencil atau mengalami hambatan akses layanan medis.

Pemberdayaan tenaga kesehatan juga menjadi salah satu pilar utama dalam upaya HRP. Program pelatihan berbasis digital kini tersedia bagi petugas kesehatan, khususnya yang menangani layanan pasca-aborsi, perawatan korban kekerasan seksual dan kekerasan dalam rumah tangga, serta pencegahan praktik mutilasi genital perempuan. Dengan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan, diharapkan kualitas layanan semakin meningkat dan dapat menjangkau kelompok rentan secara lebih efektif.

Indonesia sendiri menjadi salah satu negara yang telah menunjukkan komitmen kuat dalam peningkatan layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Selama periode 2018 hingga 2023, pemerintah bekerja sama dengan mitra internasional untuk menjalankan program Better Sexual and Reproductive Health and Rights for All in Indonesia (BERANI). Program ini bertujuan memperkuat pemenuhan hak-hak seksual dan reproduksi bagi perempuan dan anak muda di seluruh Indonesia.

Hasil dari program BERANI cukup menggembirakan. Lebih dari 20 kebijakan, strategi advokasi, dan peta jalan telah dikembangkan. Klinik-klinik swasta diperkuat agar mampu menyediakan layanan yang ramah remaja. Ribuan anak muda memperoleh pendidikan seksualitas yang komprehensif serta informasi penting mengenai manajemen kebersihan menstruasi. Tak hanya itu, pelatihan bagi para pembuat konten digital juga turut dilakukan, menghasilkan konten edukatif yang telah menjangkau lebih dari 600 ribu remaja di seluruh Indonesia.

Memasuki tahun 2025, perhatian terhadap isu infertilitas dan kesehatan reproduksi tidak boleh surut. Isu ini bukan hanya soal kemampuan biologis untuk memiliki anak, tetapi juga menyangkut hak asasi manusia, keadilan sosial, dan kesejahteraan keluarga. Untuk itu, diperlukan komitmen global yang berkelanjutan, baik dalam bentuk kebijakan, pendanaan, maupun kesadaran kolektif, agar semua orangntanpa memandang status sosial dan ekonomi, semua dapat menikmati hak atas kesehatan reproduksi yang layak, aman, dan manusiawi.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-5.png
04/Jun/2025

Bagi pasangan yang tengah berjuang mendapatkan momongan, memahami kondisi kesuburan dari kedua belah pihak menjadi langkah awal yang penting. Sayangnya, pemeriksaan kesuburan selama ini cenderung hanya difokuskan pada wanita, padahal pria juga memiliki peran krusial dalam proses ini. Pemeriksaan kesuburan pada pria bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas sperma yang dimiliki cukup baik untuk mendukung terjadinya pembuahan.

Terdapat beragam tes yang bisa dilakukan pria guna mengevaluasi tingkat kesuburan mereka. Dari hasil tes inilah dokter dapat menentukan bentuk perawatan paling sesuai, baik untuk pria maupun pasangannya, demi mempercepat hadirnya buah hati. Salah satu metode yang umum digunakan adalah pemeriksaan kualitas sperma dan cairan semen. Tes ini menjadi kunci untuk membedakan sperma yang subur dan tidak.

 

Mengenal Ciri Sperma yang Subur dan Tidak

Analisis sperma dan semen merupakan metode utama untuk menilai kesuburan pria. Prosedur ini dimulai dengan pengambilan sampel sperma yang kemudian ditempatkan dalam botol steril dan dianalisis di laboratorium. Dalam analisis tersebut, petugas akan mengamati berbagai karakteristik sperma, mulai dari jumlah, bentuk, pergerakan, hingga kekentalan dan warna cairan semen.

Secara umum, pria dengan jumlah sperma yang tinggi serta bentuk yang normal memiliki potensi kesuburan yang baik. Namun, penting untuk diketahui bahwa pria dengan jumlah sperma yang sedikit atau dengan kondisi air mani yang tidak ideal pun masih mungkin tergolong subur. Bahkan, sejumlah pria dengan air mani normal dan jumlah sperma yang cukup tetap mengalami kesulitan memiliki keturunan, menunjukkan bahwa kesuburan bukan hanya soal kuantitas, tapi juga kualitas.

Beberapa indikator sperma yang sehat meliputi:

  • Kuantitas (volume): Volume sperma yang dianggap sehat adalah minimal 15 juta sperma per mililiter air mani. Semakin banyak jumlah sperma, semakin besar peluangnya untuk berhasil membuahi sel telur melalui sistem reproduksi wanita.
  • Motilitas (gerakan): Tidak semua sperma mampu bergerak secara efektif. Setidaknya 40% sperma dalam sampel harus memiliki gerakan aktif untuk dikategorikan subur. Gerakan ini penting agar sperma dapat mencapai dan membuahi sel telur.
  • Morfologi (bentuk): Sperma yang sehat memiliki kepala yang bulat serta ekor yang panjang dan kuat. Struktur ini memungkinkan sperma untuk berenang dengan efisien dan meningkatkan kemungkinan untuk membuahi sel telur.

Jika hasil dari tes pertama dinyatakan normal, biasanya dokter akan meminta pasien menjalani tes kedua untuk memastikan keakuratan data. Apabila kedua hasil menunjukkan kondisi normal, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah besar dalam aspek kesuburan pria. Namun, jika ditemukan kelainan, dokter akan menyarankan pemeriksaan lanjutan untuk menelusuri penyebab yang mendasarinya.

 

Langkah-Langkah Menjaga Kesehatan Sperma

Berbagai faktor dapat memengaruhi kesehatan sperma dan meningkatkan risiko infertilitas pada pria. Oleh karena itu, penting untuk menjaga gaya hidup yang sehat demi mendukung kualitas sperma yang optimal. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Menghindari kebiasaan merokok, karena zat kimia dalam rokok dapat merusak struktur sperma.
  • Membatasi konsumsi alkohol, sebab alkohol berlebih dapat menurunkan kadar hormon testosteron dan menurunkan produksi sperma.
  • Menjauh dari penggunaan obat-obatan terlarang yang bisa berdampak buruk pada produksi sperma.
  • Menjaga berat badan ideal, karena obesitas dapat mengganggu keseimbangan hormon dan menurunkan jumlah sperma.
  • Menghindari paparan suhu tinggi dalam waktu lama, seperti sauna atau celana dalam yang terlalu ketat, karena panas dapat memengaruhi produksi sperma.
  • Mengelola stres secara efektif, karena stres kronis dapat mengganggu hormon yang berperan dalam produksi sperma.
  • Membatasi paparan terhadap zat berbahaya seperti pestisida, logam berat, dan bahan kimia industri yang bisa berdampak negatif pada kualitas sperma.

Menjaga kesuburan pria bukanlah hal yang bisa disepelekan, terlebih jika pasangan sedang merencanakan kehadiran buah hati. Pemeriksaan dini dan perawatan yang tepat menjadi kunci penting dalam mewujudkan harapan tersebut. Melalui pola hidup sehat dan pemeriksaan yang teratur, peluang untuk mendapatkan momongan pun semakin terbuka lebar.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2025-01-20T150834.103.png
04/Jun/2025

Pertanyaan seperti “Apakah wanita dengan haid tidak teratur masih bisa hamil?” adalah hal yang sering muncul di benak banyak perempuan. Kekhawatiran ini sangat wajar, mengingat haid yang tidak teratur sering kali dikaitkan dengan sulitnya menentukan masa subur. Hal tersebut lantas menimbulkan asumsi bahwa perempuan dengan siklus haid tidak teratur akan kesulitan untuk hamil. Namun, apakah benar demikian? Mari kita bahas lebih dalam.

 

Memahami Siklus Haid dan Ketidakteraturannya

Siklus haid dianggap teratur jika terjadi setiap 25 hingga 31 hari dengan durasi perdarahan sekitar 3 hingga 7 hari. Sayangnya, tidak semua perempuan memiliki siklus yang demikian konsisten. Banyak yang mengalami keterlambatan haid, periode yang lebih singkat atau lebih panjang dari biasanya, bahkan ada pula yang tidak mengalami haid selama beberapa bulan.

Ketidakteraturan dalam siklus ini tentu bisa menimbulkan keresahan, terutama bagi mereka yang sedang merencanakan kehamilan. Hal ini wajar karena siklus haid yang tidak stabil sering dikaitkan dengan gangguan kesuburan. Tetapi apakah benar ketidakteraturan haid menjadi penghalang utama untuk bisa hamil?

 

Peluang Hamil Meski Haid Tidak Teratur

Faktanya, meskipun siklus haid tidak stabil, seorang perempuan tetap memiliki peluang untuk hamil. Kunci dari kehamilan adalah terjadinya ovulasi, yaitu proses pelepasan sel telur matang dari indung telur menuju rahim. Ovulasi inilah yang memungkinkan terjadinya pembuahan jika sel telur bertemu dengan sperma.

Pada perempuan dengan siklus haid tidak teratur, ovulasi tetap bisa terjadi hanya saja waktunya lebih sulit diprediksi. Inilah yang menyebabkan kemungkinan hamil bisa menjadi lebih rendah, bukan karena tidak terjadi ovulasi, tetapi karena sulit menentukan kapan masa subur berlangsung.

Beberapa faktor yang memengaruhi ketidakteraturan haid antara lain stres berkepanjangan, efek samping kontrasepsi hormonal, fluktuasi berat badan, gangguan hormonal, hingga kondisi medis seperti Polycystic Ovary Syndrome (PCOS).

Meski demikian, peluang hamil tetap ada. Sperma diketahui dapat bertahan dalam tubuh wanita hingga lima hari. Artinya, jika berhubungan seksual beberapa hari sebelum ovulasi, kemungkinan terjadinya kehamilan masih sangat mungkin terjadi.

 

Cara Meningkatkan Peluang Hamil Meski Haid Tidak Teratur

Walaupun tantangannya lebih besar, ada berbagai langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan peluang kehamilan bagi perempuan yang siklus haidnya tidak teratur. Berikut adalah beberapa cara yang dapat diterapkan:

 1. Mencatat Siklus Haid Secara Teratur

Membuat catatan tentang tanggal datang dan berakhirnya haid setiap bulan dapat membantu mengidentifikasi pola tertentu dalam siklus. Meskipun tidak sepenuhnya konsisten, catatan ini dapat memberikan petunjuk mengenai kecenderungan waktu ovulasi, yang penting dalam merencanakan kehamilan.

 2. Memantau Perubahan Lendir Serviks

Perubahan pada lendir serviks bisa menjadi indikator penting masa subur. Setelah haid, lendir cenderung kering dan sedikit. Namun, menjelang ovulasi, jumlahnya akan meningkat, teksturnya menjadi licin, bening, dan menyerupai putih telur mentah. Ciri-ciri ini menunjukkan bahwa masa subur sedang berlangsung.

3. Mengamati Suhu Basal Tubuh

Suhu basal tubuh adalah suhu tubuh saat bangun tidur sebelum melakukan aktivitas apa pun. Biasanya, suhu ini akan sedikit meningkat saat ovulasi terjadi. Dengan mencatat suhu basal tubuh setiap hari, perempuan dapat memperkirakan waktu ovulasi.

4. Menjaga Berat Badan Ideal

Baik kelebihan maupun kekurangan berat badan dapat mengganggu keseimbangan hormon yang berperan dalam siklus haid. Menjaga berat badan di kisaran ideal berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) dapat membantu menormalkan siklus dan meningkatkan kesuburan.

5. Mengelola Stres dengan Baik

Stres kronis bisa menunda atau bahkan menghentikan ovulasi. Oleh karena itu, penting untuk mengelola stres melalui aktivitas fisik, tidur cukup, konsumsi makanan bergizi, serta melakukan relaksasi seperti meditasi, yoga, atau teknik pernapasan.

6. Berhubungan Seksual Secara Teratur

Karena sulit menentukan waktu ovulasi secara pasti, berhubungan seksual secara rutin—misalnya setiap 3 hingga 4 hari dapat meningkatkan peluang sperma bertemu dengan sel telur yang sedang dilepaskan.

7. Menggunakan Alat Tes Ovulasi

Alat tes ovulasi bekerja dengan mendeteksi lonjakan hormon luteinizing (LH) dalam urin, yang menandai ovulasi akan terjadi dalam waktu 24–36 jam. Penggunaan alat ini dapat membantu memperkirakan masa subur. Namun, akurasinya dapat menurun pada kondisi tertentu seperti PCOS.

Kini, sudah jelas bahwa haid yang tidak teratur tidak selalu menjadi penghalang mutlak bagi kehamilan. Dengan pemahaman yang baik mengenai tubuh sendiri, serta upaya aktif dalam melacak ovulasi dan menjaga kesehatan secara menyeluruh, peluang untuk hamil tetap terbuka.

Bagi perempuan yang memiliki siklus haid tidak teratur dan sedang merencanakan kehamilan, penting untuk tetap optimis dan terbuka pada berbagai pendekatan. Jika diperlukan, konsultasi langsung dengan tenaga medis juga bisa menjadi langkah penting dalam merencanakan kehamilan yang sehat dan berhasil.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2024-11-28T105556.837.png
03/Jun/2025

Memiliki sperma yang sehat merupakan fondasi penting bagi pria yang merencanakan kehadiran buah hati. Tak sekadar soal jumlah, namun kualitas sperma juga berperan besar dalam menentukan keberhasilan pembuahan dan kelangsungan kehamilan yang sehat. Berdasarkan pedoman dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah sperma yang dianggap sehat berada pada angka minimal 15 juta per mililiter atau sekitar 39 juta sperma dalam satu kali ejakulasi. Apabila angka ini lebih rendah, maka risiko gangguan kesuburan pun meningkat.

Lebih jauh, kualitas sperma juga dapat dinilai dari bentuk dan pergerakannya. Sperma yang sehat biasanya memiliki kepala bulat dengan ekor panjang dan kuat. Sekurangnya 50 persen dari total sperma sebaiknya memiliki ukuran, bentuk, dan panjang yang sesuai standar. Semakin banyak sperma abnormal yang ditemukan, maka semakin rendah pula peluang kesuburan. Gerakan sperma juga menjadi indikator utama. Sperma yang dinilai sehat umumnya mendapat skor gerakan minimal 2 dari skala 0–4.

Untuk mendukung kesehatan reproduksi dan memperbesar peluang kehamilan, ada beberapa langkah yang bisa diterapkan pria dalam keseharian:

1. Menurunkan Berat Badan Secara Sehat

Bagi pria dengan kelebihan berat badan atau obesitas, menurunkan berat badan terbukti sebagai salah satu cara paling efektif dalam meningkatkan kesuburan. Penurunan berat badan tidak hanya berdampak pada volume air mani, namun juga meningkatkan konsentrasi dan mobilitas sperma. Bahkan penurunan berat badan dalam jumlah kecil saja bisa membawa perubahan positif. Hal ini bisa dicapai dengan pola makan seimbang serta aktivitas fisik yang konsisten.

2. Rutin Berolahraga

Aktivitas fisik secara teratur terbukti mampu meningkatkan jumlah dan kualitas sperma. Tidak harus latihan berat, olahraga seperti jogging, bersepeda, atau angkat beban di luar ruangan memiliki manfaat besar terhadap kesehatan reproduksi pria. Meski demikian, olahraga tetap harus disesuaikan dengan tingkat kebugaran dan rutinitas harian masing-masing individu agar tidak berlebihan.

3. Konsumsi Vitamin yang Mendukung Kesehatan Sperma

Vitamin D, C, E, dan CoQ10 diketahui berperan penting dalam meningkatkan kualitas sperma. Suplemen vitamin C, misalnya, mampu meningkatkan mobilitas sperma meskipun tidak selalu menambah jumlahnya secara keseluruhan. Kekurangan vitamin D juga dikaitkan dengan tingkat keberhasilan kehamilan yang lebih rendah. Sebelum mengonsumsi vitamin secara rutin, ada baiknya melakukan konsultasi medis untuk mengetahui kadar vitamin di dalam tubuh.

4. Menghindari Penyalahgunaan Zat

Kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berlebihan, serta penggunaan narkoba berpotensi besar menurunkan kualitas sperma. Alkohol dua gelas atau lebih per hari, penggunaan tembakau, serta zat terlarang seperti kokain dan steroid anabolik terbukti merusak kesuburan pria. Menghindari zat-zat ini menjadi langkah penting untuk menjaga sistem reproduksi tetap optimal.

5. Menjauhi Paparan Bahan Kimia Berbahaya

Bahan kimia tertentu di lingkungan sekitar seperti logam berat, pelarut, pestisida, atau cat berbasis air bisa mengganggu produksi sperma. Jika seseorang sering terpapar bahan-bahan ini, disarankan untuk segera mandi dan mengganti pakaian setelah kontak, serta mempertimbangkan untuk menunda aktivitas terkait hingga pasangan berhasil hamil.

6. Menjaga Suhu Testis Tetap Sejuk

Suhu testis yang terlalu panas dapat mengganggu produksi sperma. Testis bekerja optimal pada suhu sedikit lebih rendah dari suhu tubuh normal. Oleh karena itu, disarankan untuk mengenakan celana dalam berbahan katun yang longgar serta menghindari pakaian ketat dari bahan sintetis. Penggunaan sauna dan mandi air panas juga sebaiknya dibatasi jika sedang merencanakan kehamilan.

 7. Waspada terhadap Penggunaan Obat Resep

Beberapa jenis obat tertentu dapat memengaruhi produksi sperma secara negatif, di antaranya antibiotik, anti-androgen, antidepresan, antipsikotik, hingga steroid anabolik. Walaupun efek ini bersifat sementara, dampaknya bisa bertahan cukup lama, terutama pada obat seperti steroid. Jika mengonsumsi obat-obatan tersebut, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk meninjau pengaruhnya terhadap kesuburan.

8. Perbanyak Lemak Sehat

Asam lemak tak jenuh ganda seperti omega-3 dan omega-6 sangat penting bagi struktur membran sperma. Konsumsi suplemen omega-3 terbukti mampu meningkatkan motilitas dan konsentrasi sperma. Sebaliknya, lemak trans dan jenuh yang umum ditemukan dalam makanan cepat saji justru berisiko menurunkan kualitas sperma secara signifikan. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga keseimbangan asupan lemak sehat dalam pola makan harian.

9. Konsumsi Makanan Bernutrisi yang Mendukung Produksi Sperma

Makanan kaya vitamin C, antioksidan, dan lemak sehat merupakan pilihan terbaik untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sperma secara alami. Meski belum ditemukan satu jenis makanan yang menjadi kunci utama untuk kesuburan pria, pola makan yang buruk seperti konsumsi tinggi daging merah, rendah serat, dan minim buah serta sayur terbukti berpengaruh negatif terhadap kualitas sperma.

Kesehatan reproduksi pria bukan hanya ditentukan oleh faktor genetik semata, melainkan juga gaya hidup dan lingkungan. Dengan memperhatikan asupan nutrisi, menjaga pola hidup sehat, serta menjauhi faktor risiko yang dapat merusak sperma, peluang untuk memperoleh keturunan dapat meningkat secara signifikan. Mengelola kesuburan adalah investasi jangka panjang, bukan hanya untuk menjadi orang tua, tetapi juga demi kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2024-03-01T143914.116.png
03/Jun/2025

Setiap perempuan pasti pernah merasakan kehadiran tamu bulanan yaitu menstruasi. Bagi sebagian, ia datang dan pergi begitu saja, namun bagi yang lain, ia hadir membawa rasa sakit yang menyiksa. Nyeri ini kerap terasa beberapa hari sebelum menstruasi dimulai hingga beberapa hari setelahnya. Banyak yang menggambarkannya sebagai kram hebat di perut bagian bawah, yang menjalar hingga ke pinggang, punggung, selangkangan, dan bahkan area vagina.

Tak hanya berhenti di rasa nyeri, gejala yang menyertai sering kali menjadi tantangan tambahan. Beberapa wanita mengalami sakit kepala, mual, diare, hingga tubuh yang terasa lemas. Ini bukan sekadar keluhan biasa namun pada beberapa kasus, nyeri haid bisa menjadi pertanda kondisi kesehatan yang lebih serius dan tidak boleh diabaikan begitu saja.

 

Ketika Nyeri Haid Menjadi Tak Wajar

Pada umumnya, nyeri haid adalah hal yang lazim dan bisa ditoleransi. Namun, jika rasa sakit tersebut terlalu intens, tak kunjung reda meski sudah mengonsumsi obat pereda nyeri, atau muncul secara tidak teratur setiap bulannya, maka inilah saatnya untuk lebih waspada. Terlebih lagi bila nyeri disertai dengan mual hebat, muntah, tinja encer, rasa sakit saat buang air kecil atau besar, serta sakit kepala dan pusing yang mengganggu. Gejala ini biasanya muncul sebelum atau bersamaan dengan menstruasi dan bisa bertahan dua hingga empat hari—bahkan lebih lama pada kondisi tertentu.

Penting untuk dicatat bahwa nyeri haid yang menyertai perdarahan hebat dapat menjadi lebih menyakitkan. Jika rasa sakit sudah sampai mengganggu aktivitas harian, maka itu adalah sinyal yang tidak boleh diabaikan.

 

Penyebab Medis di Balik Nyeri Haid yang Parah

Berikut adalah sejumlah kondisi medis yang dapat memicu nyeri haid hebat dan bahkan berisiko mengganggu kesuburan wanita:

 

 1. Endometriosis

Ini adalah kondisi ketika jaringan mirip lapisan rahim tumbuh di luar rahim, seperti di ovarium, tuba falopi, vagina, kandung kemih, atau usus. Tak hanya menyebabkan nyeri haid luar biasa, endometriosis juga bisa memicu rasa sakit saat buang air kecil, hubungan seksual yang menyakitkan, serta gangguan pencernaan. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memengaruhi kemampuan wanita untuk hamil.

 

2. Miom (Fibroid Rahim)

Miom adalah tumor jinak yang tumbuh di dalam atau sekitar rahim. Gejalanya mirip dengan endometriosis, namun sering kali disertai dengan sensasi perut kembung atau tekanan di bagian bawah perut. Jika ukurannya cukup besar, miom bahkan dapat membuat perut tampak membesar. Selain menyebabkan nyeri, kondisi ini bisa mengurangi kesuburan dan meningkatkan risiko keguguran.

 

 3. Radang Panggul

Radang pada organ-organ reproduksi, seperti rahim, ovarium, dan tuba falopi, biasanya terjadi akibat infeksi menular seksual. Kondisi ini bisa menimbulkan nyeri haid yang lebih berat karena pembentukan jaringan parut yang menghambat pergerakan sperma ke sel telur.

 

4. Adenomiosis

Adenomiosis terjadi ketika jaringan lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh ke dalam dinding otot rahim. Akibatnya, menstruasi bisa menjadi sangat nyeri dan disertai pendarahan hebat yang berkepanjangan. Meski belum pasti apakah kondisi ini berpengaruh terhadap kesuburan, beberapa penelitian menunjukkan adanya kemungkinan kaitan.

Cara Alami Meredakan Nyeri Haid

Meski terasa menyiksa, nyeri haid bisa diatasi dengan berbagai cara alami yang bisa dilakukan di rumah. Berikut ini beberapa langkah yang bisa membantu:

1. Minum Air Hangat

Air hangat atau teh jahe bisa menjadi sahabat terbaik saat haid tiba. Minuman ini mampu membantu meredakan nyeri dan mengatasi perut kembung, sekaligus mencegah dehidrasi.

 

2. Kompres Hangat

Tempelkan botol berisi air hangat, handuk hangat, atau bantalan pemanas di perut atau punggung selama 15–20 menit, sebanyak dua hingga tiga kali sehari. Terapi sederhana ini bisa membantu melemaskan otot dan mengurangi rasa nyeri.

 

3. Konsumsi Makanan Kaya Kalsium

Kalsium terbukti dapat membantu meredakan kontraksi otot penyebab kram. Anda bisa mendapatkannya dari susu, keju, yogurt, biji wijen, kacang almond, dan sayuran hijau. Bila perlu, suplemen kalsium bisa menjadi pilihan setelah berkonsultasi dengan dokter.

 

4. Batasi Asupan Kafein

Kafein dapat memperparah kram menstruasi. Menghindari kopi, teh, dan minuman bersoda menjelang dan selama menstruasi bisa membantu mengurangi rasa nyeri.

 

5. Hindari Junk Food

Makanan cepat saji dan olahan seperti mi instan atau makanan tinggi garam dan lemak dapat menyebabkan perut kembung dan memperburuk nyeri haid. Cobalah beralih ke makanan sehat dan bergizi selama periode menstruasi.

6. Relaksasi dan Manajemen Stres

Stres berlebihan terbukti memperburuk rasa nyeri. Melakukan relaksasi seperti meditasi, yoga, atau sekadar menarik napas dalam-dalam bisa membantu meredakan ketegangan otot dan emosional.

 

7. Olahraga Ringan Secara Teratur

Berolahraga secara rutin seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda dapat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi kram menstruasi. Lakukan olahraga ringan sekitar 30 menit, tiga kali dalam seminggu.

 

8. Berhenti Merokok

Merokok dapat memperburuk nyeri haid karena mengganggu aliran darah dan memengaruhi hormon. Menghentikan kebiasaan ini tidak hanya akan membantu mengurangi rasa sakit saat haid, tapi juga meningkatkan kesehatan reproduksi secara keseluruhan.

 

Dengarkan Tubuh Anda

Nyeri haid bukanlah sesuatu yang harus ditoleransi tanpa batas. Bila rasa sakit semakin parah dan terus berulang, apalagi disertai dengan gejala lain yang mengganggu atau kesulitan untuk hamil, sudah saatnya mendengarkan sinyal tubuh. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis agar penyebabnya bisa diketahui dan ditangani sejak dini.

Tubuh perempuan memiliki cara unik untuk berkomunikasi—dan nyeri haid yang tak biasa bisa jadi salah satunya. Maka, tak hanya penting untuk mengenali gejalanya, namun juga untuk merawat tubuh dan jiwa dengan penuh kepedulian.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2025-02-18T131958.916.png
03/Jun/2025

Dalam setiap pernikahan, hadirnya seorang anak sering kali menjadi dambaan utama. Anak dianggap sebagai anugerah yang menyempurnakan kehidupan rumah tangga serta simbol keberhasilan dalam membina hubungan suami istri.

Namun, realitas menunjukkan bahwa tidak semua pasangan yang menikah dapat segera merasakan kebahagiaan menjadi orang tua. Ada yang harus menunggu bertahun-tahun, bahkan hingga puluhan tahun, tanpa kehadiran buah hati. Kondisi ini dikenal sebagai infertilitas atau kesulitan dalam memperoleh keturunan.

Menurut definisi yang digunakan secara global, infertilitas merupakan gangguan pada sistem reproduksi yang ditandai dengan kegagalan pasangan untuk mencapai kehamilan meskipun telah melakukan hubungan seksual secara rutin tanpa alat kontrasepsi selama setidaknya 12 bulan.

Terdapat dua jenis infertilitas, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer dialami oleh pasangan yang belum pernah mengalami kehamilan sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi ketika pasangan sudah pernah memiliki anak namun mengalami kesulitan untuk hamil kembali.

Infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem reproduksi baik pada pihak laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia, diperkirakan sekitar 10-15% pasangan usia subur atau sekitar 4 hingga 6 juta pasangan mengalami kondisi ini dan membutuhkan pengobatan untuk memperoleh keturunan.

Pada pria, gangguan kesuburan umumnya disebabkan oleh tiga faktor utama. Pertama, faktor pretestikular yang berkaitan dengan gangguan hormonal yang memengaruhi produksi sperma. Kedua, faktor testikular, yaitu kelainan pada testis yang mengganggu proses pembentukan sperma. Ketiga, faktor post-testikular, yang terjadi setelah sperma terbentuk dan melibatkan gangguan pada saluran reproduksi.

Sementara itu, pada perempuan, penyebab infertilitas bisa sangat beragam, mulai dari gangguan hormonal, endometriosis, sindrom ovarium polikistik (PCOS), penyumbatan atau kerusakan pada tuba falopi, hingga kondisi alergi terhadap sperma.

Kontribusi perempuan terhadap kasus infertilitas diperkirakan mencapai 40-50%, sedangkan laki-laki sekitar 30%, dan sisanya merupakan kombinasi dari keduanya atau penyebab yang tidak teridentifikasi. Fakta ini menunjukkan bahwa anggapan bahwa infertilitas semata-mata disebabkan oleh pihak perempuan adalah sebuah kekeliruan yang cukup fatal. Sayangnya, dalam masyarakat, perempuan sering kali menjadi pihak yang paling disalahkan dan menanggung beban sosial atas ketidakmampuan pasangan untuk memiliki anak.

Pandangan patriarkal yang masih mengakar kuat dalam budaya masyarakat di Indonesia memperburuk kondisi ini. Masalah infertilitas kerap dianggap tabu, dan bias gender yang kuat menyebabkan akses terhadap layanan kesehatan untuk infertilitas menjadi tidak merata. Dalam banyak kasus, keputusan untuk mencari pengobatan atau penanganan medis bergantung pada izin atau persetujuan suami, sehingga hak perempuan untuk mendapatkan perawatan yang layak sering kali terhambat.

Dampak infertilitas bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga sangat mendalam secara psikologis dan emosional, terutama bagi perempuan. Tekanan sosial, stigma, serta rasa tidak berdaya kerap menghantui mereka yang mengalami infertilitas. Rasa bersalah, kecemasan, hingga depresi bisa muncul akibat tekanan dari keluarga dan lingkungan sekitar yang menilai kehadiran anak sebagai tolak ukur kesempurnaan seorang perempuan.

Sudah saatnya masyarakat menyadari bahwa infertilitas bukan hanya persoalan medis, melainkan juga isu sosial yang membutuhkan pendekatan lebih holistik. Perempuan yang mengalami infertilitas memerlukan dukungan moral dan emosional agar tetap berdaya dan tidak kehilangan rasa percaya diri. Infertilitas bukanlah akhir dari segalanya.

Dengan kemajuan teknologi di bidang reproduksi, ada berbagai alternatif yang bisa ditempuh untuk memperoleh keturunan. Mulai dari perbaikan gaya hidup hingga pemanfaatan teknologi seperti inseminasi buatan atau fertilisasi in vitro (IVF), harapan untuk menjadi orang tua tetap terbuka.

Kesadaran kolektif, pemahaman yang lebih luas, serta empati dari masyarakat sangat dibutuhkan agar pasangan yang mengalami infertilitas tidak merasa terasing atau terpinggirkan. Sudah waktunya kita membebaskan mereka dari stigma dan membuka ruang untuk solusi yang berkeadilan dan manusiawi.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2025-01-18T121240.294.png
02/Jun/2025

Dalam siklus kehidupan perempuan, terdapat serangkaian fase biologis yang menggambarkan perubahan alami tubuh sesuai dengan perkembangan usia. Perjalanan ini dimulai sejak masa prapubertas, lalu berlanjut ke masa pubertas, fase reproduksi, klimakterium, menopause, hingga masa lanjut usia.

Setiap tahapan membawa perubahan yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga melibatkan aspek psikologis dan emosional. Salah satu fase yang paling signifikan dan kerap menjadi titik balik dalam hidup seorang perempuan adalah masa menjelang menopause.

Menjelang menopause, perempuan akan menghadapi berbagai perubahan fisik dan psikis sebagai akibat dari penurunan fungsi hormonal dalam tubuh. Gejala yang muncul, seperti sensasi panas mendadak (hot flashes) atau gangguan tidur, terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Ketidakseimbangan ini tidak hanya berdampak pada kondisi fisik, tetapi juga dapat memengaruhi kondisi psikososial dan kehidupan seksual perempuan.

Menariknya, perempuan yang mengalami menstruasi pertama (menarche) di usia lebih muda umumnya akan memasuki masa menopause di usia yang lebih tua. Secara umum, menopause terjadi antara usia 40 hingga 50 tahun, namun gejala dan kesiapan menghadapi fase ini sangat bergantung pada berapa lama masa transisi (premenopause) berlangsung. Jika masa premenopause terjadi selama 3 hingga 4 tahun, biasanya gejala yang dirasakan ringan dan lebih mudah ditoleransi.

Sebaliknya, ketika masa premenopause hanya berlangsung 6 bulan hingga 1 tahun, perubahan yang terjadi terasa lebih drastis sehingga perempuan bisa merasa kurang siap dan mengalami kesulitan dalam beradaptasi.

Premenopause sendiri adalah masa transisi alami yang menandai pergeseran dari periode subur menuju fase non-reproduktif. Proses ini merupakan bagian dari penuaan fisiologis dan ditandai dengan penurunan kadar hormon ovarium. Pada masa ini, ovulasi tidak terjadi secara teratur (anovulasi), dan sebagian besar perempuan mulai merasakan gejala premenopause di usia 40-an, dengan puncaknya sekitar usia 50 tahun ketika menstruasi berhenti sepenuhnya. Dalam fase ini, hormon estrogen mulai menurun secara konsisten, sementara hormon gonadotropin meningkat, menyebabkan berbagai perubahan fisiologis pada tubuh yang berdampak terhadap kualitas hidup sehari-hari.

 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waktu Menopause

Sejumlah faktor memengaruhi kapan seorang perempuan akan mengalami menopause. Berikut ini adalah beberapa variabel yang telah diteliti:

 

1. Usia Menarche

Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara usia menarche dengan usia menopause. Semakin awal seorang perempuan mengalami menstruasi pertama, semakin lama ia cenderung mengalami menopause. Artinya, rentang waktu masa reproduksi menjadi lebih panjang.

 

2. Kondisi Psikologis dan Sosial

Keadaan emosional dan sosial, seperti status pernikahan dan pekerjaan, juga berpengaruh. Perempuan yang tidak menikah dan aktif bekerja dilaporkan memiliki kecenderungan mengalami menopause lebih awal dibandingkan perempuan yang menikah dan tidak bekerja, atau yang tidak menikah namun tidak bekerja.

 

3. Jumlah Anak

Meski belum ada bukti yang sepenuhnya konklusif, beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan yang lebih sering melahirkan cenderung mengalami menopause pada usia yang lebih tua. Hal ini kemungkinan karena proses kehamilan dan menyusui yang memengaruhi ritme kerja sistem reproduksi.

 

4. Usia Melahirkan Terakhir

Wanita yang memiliki anak di usia lebih tua, khususnya di atas usia 40 tahun, cenderung memasuki menopause lebih lambat. Hal ini didukung oleh temuan bahwa kehamilan di usia lanjut dapat memperlambat proses penuaan sistem reproduksi dan tubuh secara keseluruhan.

 

5. Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

Alat kontrasepsi hormonal memengaruhi fungsi ovarium dengan menekan ovulasi. Penggunaan jangka panjang dapat memperpanjang masa reproduksi dan menyebabkan menopause terjadi di usia yang lebih tua dibandingkan perempuan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal.

 

6. Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang diketahui mempercepat terjadinya menopause. Zat-zat beracun dalam rokok mempercepat penurunan fungsi ovarium dan meningkatkan risiko menopause dini.

 

Dinamika Hormon di Masa Menopause

Transisi menuju menopause ditandai dengan perubahan kadar hormon yang cukup dinamis. Fluktuasi estrogen menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, dan perempuan bisa mengalami berbagai gejala fisik maupun emosional dalam waktu yang berdekatan. Misalnya, dalam satu minggu seorang perempuan bisa merasakan nyeri payudara dan perdarahan hebat karena lonjakan estrogen, namun minggu berikutnya ia bisa mengalami sensasi panas, insomnia, dan kelelahan akibat penurunan kadar hormon tersebut.

Perubahan hormonal ini juga berdampak pada aspek seksual perempuan. Penurunan estrogen kerap menyebabkan kekeringan vagina, yang bisa menurunkan kenyamanan saat berhubungan seksual. Tidak jarang juga perempuan mengalami penurunan gairah seksual dan kesulitan mencapai orgasme. Meski demikian, kondisi ini tidak semata-mata disebabkan oleh kekurangan estrogen, melainkan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis dan emosional selama periode perimenopause.

Secara keseluruhan, masa transisi menopause adalah proses alami yang sarat makna. Meski penuh tantangan, pemahaman mendalam tentang perubahan yang terjadi dapat membantu perempuan menjalani fase ini dengan lebih tenang dan siap. Dukungan dari keluarga, lingkungan sosial, serta akses terhadap informasi yang benar dapat menjadi kunci utama dalam menjaga kualitas hidup selama masa transisi ini.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


Copyright by SignumFertility 2025. All rights reserved.