fbpx
Senin - Jumat08:00-14:00Sabtu08:00-13:00Call us 081336865595
Category filter:AllInformationKesehatanTipsUncategorizedVideo
No more posts

Artikel

Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda dan keluarga
artikel-2024-03-01T143914.116.png
03/Jun/2025

Setiap perempuan pasti pernah merasakan kehadiran tamu bulanan yaitu menstruasi. Bagi sebagian, ia datang dan pergi begitu saja, namun bagi yang lain, ia hadir membawa rasa sakit yang menyiksa. Nyeri ini kerap terasa beberapa hari sebelum menstruasi dimulai hingga beberapa hari setelahnya. Banyak yang menggambarkannya sebagai kram hebat di perut bagian bawah, yang menjalar hingga ke pinggang, punggung, selangkangan, dan bahkan area vagina.

Tak hanya berhenti di rasa nyeri, gejala yang menyertai sering kali menjadi tantangan tambahan. Beberapa wanita mengalami sakit kepala, mual, diare, hingga tubuh yang terasa lemas. Ini bukan sekadar keluhan biasa namun pada beberapa kasus, nyeri haid bisa menjadi pertanda kondisi kesehatan yang lebih serius dan tidak boleh diabaikan begitu saja.

 

Ketika Nyeri Haid Menjadi Tak Wajar

Pada umumnya, nyeri haid adalah hal yang lazim dan bisa ditoleransi. Namun, jika rasa sakit tersebut terlalu intens, tak kunjung reda meski sudah mengonsumsi obat pereda nyeri, atau muncul secara tidak teratur setiap bulannya, maka inilah saatnya untuk lebih waspada. Terlebih lagi bila nyeri disertai dengan mual hebat, muntah, tinja encer, rasa sakit saat buang air kecil atau besar, serta sakit kepala dan pusing yang mengganggu. Gejala ini biasanya muncul sebelum atau bersamaan dengan menstruasi dan bisa bertahan dua hingga empat hari—bahkan lebih lama pada kondisi tertentu.

Penting untuk dicatat bahwa nyeri haid yang menyertai perdarahan hebat dapat menjadi lebih menyakitkan. Jika rasa sakit sudah sampai mengganggu aktivitas harian, maka itu adalah sinyal yang tidak boleh diabaikan.

 

Penyebab Medis di Balik Nyeri Haid yang Parah

Berikut adalah sejumlah kondisi medis yang dapat memicu nyeri haid hebat dan bahkan berisiko mengganggu kesuburan wanita:

 

 1. Endometriosis

Ini adalah kondisi ketika jaringan mirip lapisan rahim tumbuh di luar rahim, seperti di ovarium, tuba falopi, vagina, kandung kemih, atau usus. Tak hanya menyebabkan nyeri haid luar biasa, endometriosis juga bisa memicu rasa sakit saat buang air kecil, hubungan seksual yang menyakitkan, serta gangguan pencernaan. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memengaruhi kemampuan wanita untuk hamil.

 

2. Miom (Fibroid Rahim)

Miom adalah tumor jinak yang tumbuh di dalam atau sekitar rahim. Gejalanya mirip dengan endometriosis, namun sering kali disertai dengan sensasi perut kembung atau tekanan di bagian bawah perut. Jika ukurannya cukup besar, miom bahkan dapat membuat perut tampak membesar. Selain menyebabkan nyeri, kondisi ini bisa mengurangi kesuburan dan meningkatkan risiko keguguran.

 

 3. Radang Panggul

Radang pada organ-organ reproduksi, seperti rahim, ovarium, dan tuba falopi, biasanya terjadi akibat infeksi menular seksual. Kondisi ini bisa menimbulkan nyeri haid yang lebih berat karena pembentukan jaringan parut yang menghambat pergerakan sperma ke sel telur.

 

4. Adenomiosis

Adenomiosis terjadi ketika jaringan lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh ke dalam dinding otot rahim. Akibatnya, menstruasi bisa menjadi sangat nyeri dan disertai pendarahan hebat yang berkepanjangan. Meski belum pasti apakah kondisi ini berpengaruh terhadap kesuburan, beberapa penelitian menunjukkan adanya kemungkinan kaitan.

Cara Alami Meredakan Nyeri Haid

Meski terasa menyiksa, nyeri haid bisa diatasi dengan berbagai cara alami yang bisa dilakukan di rumah. Berikut ini beberapa langkah yang bisa membantu:

1. Minum Air Hangat

Air hangat atau teh jahe bisa menjadi sahabat terbaik saat haid tiba. Minuman ini mampu membantu meredakan nyeri dan mengatasi perut kembung, sekaligus mencegah dehidrasi.

 

2. Kompres Hangat

Tempelkan botol berisi air hangat, handuk hangat, atau bantalan pemanas di perut atau punggung selama 15–20 menit, sebanyak dua hingga tiga kali sehari. Terapi sederhana ini bisa membantu melemaskan otot dan mengurangi rasa nyeri.

 

3. Konsumsi Makanan Kaya Kalsium

Kalsium terbukti dapat membantu meredakan kontraksi otot penyebab kram. Anda bisa mendapatkannya dari susu, keju, yogurt, biji wijen, kacang almond, dan sayuran hijau. Bila perlu, suplemen kalsium bisa menjadi pilihan setelah berkonsultasi dengan dokter.

 

4. Batasi Asupan Kafein

Kafein dapat memperparah kram menstruasi. Menghindari kopi, teh, dan minuman bersoda menjelang dan selama menstruasi bisa membantu mengurangi rasa nyeri.

 

5. Hindari Junk Food

Makanan cepat saji dan olahan seperti mi instan atau makanan tinggi garam dan lemak dapat menyebabkan perut kembung dan memperburuk nyeri haid. Cobalah beralih ke makanan sehat dan bergizi selama periode menstruasi.

6. Relaksasi dan Manajemen Stres

Stres berlebihan terbukti memperburuk rasa nyeri. Melakukan relaksasi seperti meditasi, yoga, atau sekadar menarik napas dalam-dalam bisa membantu meredakan ketegangan otot dan emosional.

 

7. Olahraga Ringan Secara Teratur

Berolahraga secara rutin seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda dapat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi kram menstruasi. Lakukan olahraga ringan sekitar 30 menit, tiga kali dalam seminggu.

 

8. Berhenti Merokok

Merokok dapat memperburuk nyeri haid karena mengganggu aliran darah dan memengaruhi hormon. Menghentikan kebiasaan ini tidak hanya akan membantu mengurangi rasa sakit saat haid, tapi juga meningkatkan kesehatan reproduksi secara keseluruhan.

 

Dengarkan Tubuh Anda

Nyeri haid bukanlah sesuatu yang harus ditoleransi tanpa batas. Bila rasa sakit semakin parah dan terus berulang, apalagi disertai dengan gejala lain yang mengganggu atau kesulitan untuk hamil, sudah saatnya mendengarkan sinyal tubuh. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis agar penyebabnya bisa diketahui dan ditangani sejak dini.

Tubuh perempuan memiliki cara unik untuk berkomunikasi—dan nyeri haid yang tak biasa bisa jadi salah satunya. Maka, tak hanya penting untuk mengenali gejalanya, namun juga untuk merawat tubuh dan jiwa dengan penuh kepedulian.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2025-02-18T131958.916.png
03/Jun/2025

Dalam setiap pernikahan, hadirnya seorang anak sering kali menjadi dambaan utama. Anak dianggap sebagai anugerah yang menyempurnakan kehidupan rumah tangga serta simbol keberhasilan dalam membina hubungan suami istri.

Namun, realitas menunjukkan bahwa tidak semua pasangan yang menikah dapat segera merasakan kebahagiaan menjadi orang tua. Ada yang harus menunggu bertahun-tahun, bahkan hingga puluhan tahun, tanpa kehadiran buah hati. Kondisi ini dikenal sebagai infertilitas atau kesulitan dalam memperoleh keturunan.

Menurut definisi yang digunakan secara global, infertilitas merupakan gangguan pada sistem reproduksi yang ditandai dengan kegagalan pasangan untuk mencapai kehamilan meskipun telah melakukan hubungan seksual secara rutin tanpa alat kontrasepsi selama setidaknya 12 bulan.

Terdapat dua jenis infertilitas, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas primer dialami oleh pasangan yang belum pernah mengalami kehamilan sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi ketika pasangan sudah pernah memiliki anak namun mengalami kesulitan untuk hamil kembali.

Infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem reproduksi baik pada pihak laki-laki maupun perempuan. Di Indonesia, diperkirakan sekitar 10-15% pasangan usia subur atau sekitar 4 hingga 6 juta pasangan mengalami kondisi ini dan membutuhkan pengobatan untuk memperoleh keturunan.

Pada pria, gangguan kesuburan umumnya disebabkan oleh tiga faktor utama. Pertama, faktor pretestikular yang berkaitan dengan gangguan hormonal yang memengaruhi produksi sperma. Kedua, faktor testikular, yaitu kelainan pada testis yang mengganggu proses pembentukan sperma. Ketiga, faktor post-testikular, yang terjadi setelah sperma terbentuk dan melibatkan gangguan pada saluran reproduksi.

Sementara itu, pada perempuan, penyebab infertilitas bisa sangat beragam, mulai dari gangguan hormonal, endometriosis, sindrom ovarium polikistik (PCOS), penyumbatan atau kerusakan pada tuba falopi, hingga kondisi alergi terhadap sperma.

Kontribusi perempuan terhadap kasus infertilitas diperkirakan mencapai 40-50%, sedangkan laki-laki sekitar 30%, dan sisanya merupakan kombinasi dari keduanya atau penyebab yang tidak teridentifikasi. Fakta ini menunjukkan bahwa anggapan bahwa infertilitas semata-mata disebabkan oleh pihak perempuan adalah sebuah kekeliruan yang cukup fatal. Sayangnya, dalam masyarakat, perempuan sering kali menjadi pihak yang paling disalahkan dan menanggung beban sosial atas ketidakmampuan pasangan untuk memiliki anak.

Pandangan patriarkal yang masih mengakar kuat dalam budaya masyarakat di Indonesia memperburuk kondisi ini. Masalah infertilitas kerap dianggap tabu, dan bias gender yang kuat menyebabkan akses terhadap layanan kesehatan untuk infertilitas menjadi tidak merata. Dalam banyak kasus, keputusan untuk mencari pengobatan atau penanganan medis bergantung pada izin atau persetujuan suami, sehingga hak perempuan untuk mendapatkan perawatan yang layak sering kali terhambat.

Dampak infertilitas bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga sangat mendalam secara psikologis dan emosional, terutama bagi perempuan. Tekanan sosial, stigma, serta rasa tidak berdaya kerap menghantui mereka yang mengalami infertilitas. Rasa bersalah, kecemasan, hingga depresi bisa muncul akibat tekanan dari keluarga dan lingkungan sekitar yang menilai kehadiran anak sebagai tolak ukur kesempurnaan seorang perempuan.

Sudah saatnya masyarakat menyadari bahwa infertilitas bukan hanya persoalan medis, melainkan juga isu sosial yang membutuhkan pendekatan lebih holistik. Perempuan yang mengalami infertilitas memerlukan dukungan moral dan emosional agar tetap berdaya dan tidak kehilangan rasa percaya diri. Infertilitas bukanlah akhir dari segalanya.

Dengan kemajuan teknologi di bidang reproduksi, ada berbagai alternatif yang bisa ditempuh untuk memperoleh keturunan. Mulai dari perbaikan gaya hidup hingga pemanfaatan teknologi seperti inseminasi buatan atau fertilisasi in vitro (IVF), harapan untuk menjadi orang tua tetap terbuka.

Kesadaran kolektif, pemahaman yang lebih luas, serta empati dari masyarakat sangat dibutuhkan agar pasangan yang mengalami infertilitas tidak merasa terasing atau terpinggirkan. Sudah waktunya kita membebaskan mereka dari stigma dan membuka ruang untuk solusi yang berkeadilan dan manusiawi.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-2025-01-18T121240.294.png
02/Jun/2025

Dalam siklus kehidupan perempuan, terdapat serangkaian fase biologis yang menggambarkan perubahan alami tubuh sesuai dengan perkembangan usia. Perjalanan ini dimulai sejak masa prapubertas, lalu berlanjut ke masa pubertas, fase reproduksi, klimakterium, menopause, hingga masa lanjut usia.

Setiap tahapan membawa perubahan yang tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga melibatkan aspek psikologis dan emosional. Salah satu fase yang paling signifikan dan kerap menjadi titik balik dalam hidup seorang perempuan adalah masa menjelang menopause.

Menjelang menopause, perempuan akan menghadapi berbagai perubahan fisik dan psikis sebagai akibat dari penurunan fungsi hormonal dalam tubuh. Gejala yang muncul, seperti sensasi panas mendadak (hot flashes) atau gangguan tidur, terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Ketidakseimbangan ini tidak hanya berdampak pada kondisi fisik, tetapi juga dapat memengaruhi kondisi psikososial dan kehidupan seksual perempuan.

Menariknya, perempuan yang mengalami menstruasi pertama (menarche) di usia lebih muda umumnya akan memasuki masa menopause di usia yang lebih tua. Secara umum, menopause terjadi antara usia 40 hingga 50 tahun, namun gejala dan kesiapan menghadapi fase ini sangat bergantung pada berapa lama masa transisi (premenopause) berlangsung. Jika masa premenopause terjadi selama 3 hingga 4 tahun, biasanya gejala yang dirasakan ringan dan lebih mudah ditoleransi.

Sebaliknya, ketika masa premenopause hanya berlangsung 6 bulan hingga 1 tahun, perubahan yang terjadi terasa lebih drastis sehingga perempuan bisa merasa kurang siap dan mengalami kesulitan dalam beradaptasi.

Premenopause sendiri adalah masa transisi alami yang menandai pergeseran dari periode subur menuju fase non-reproduktif. Proses ini merupakan bagian dari penuaan fisiologis dan ditandai dengan penurunan kadar hormon ovarium. Pada masa ini, ovulasi tidak terjadi secara teratur (anovulasi), dan sebagian besar perempuan mulai merasakan gejala premenopause di usia 40-an, dengan puncaknya sekitar usia 50 tahun ketika menstruasi berhenti sepenuhnya. Dalam fase ini, hormon estrogen mulai menurun secara konsisten, sementara hormon gonadotropin meningkat, menyebabkan berbagai perubahan fisiologis pada tubuh yang berdampak terhadap kualitas hidup sehari-hari.

 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Waktu Menopause

Sejumlah faktor memengaruhi kapan seorang perempuan akan mengalami menopause. Berikut ini adalah beberapa variabel yang telah diteliti:

 

1. Usia Menarche

Beberapa penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara usia menarche dengan usia menopause. Semakin awal seorang perempuan mengalami menstruasi pertama, semakin lama ia cenderung mengalami menopause. Artinya, rentang waktu masa reproduksi menjadi lebih panjang.

 

2. Kondisi Psikologis dan Sosial

Keadaan emosional dan sosial, seperti status pernikahan dan pekerjaan, juga berpengaruh. Perempuan yang tidak menikah dan aktif bekerja dilaporkan memiliki kecenderungan mengalami menopause lebih awal dibandingkan perempuan yang menikah dan tidak bekerja, atau yang tidak menikah namun tidak bekerja.

 

3. Jumlah Anak

Meski belum ada bukti yang sepenuhnya konklusif, beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan yang lebih sering melahirkan cenderung mengalami menopause pada usia yang lebih tua. Hal ini kemungkinan karena proses kehamilan dan menyusui yang memengaruhi ritme kerja sistem reproduksi.

 

4. Usia Melahirkan Terakhir

Wanita yang memiliki anak di usia lebih tua, khususnya di atas usia 40 tahun, cenderung memasuki menopause lebih lambat. Hal ini didukung oleh temuan bahwa kehamilan di usia lanjut dapat memperlambat proses penuaan sistem reproduksi dan tubuh secara keseluruhan.

 

5. Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

Alat kontrasepsi hormonal memengaruhi fungsi ovarium dengan menekan ovulasi. Penggunaan jangka panjang dapat memperpanjang masa reproduksi dan menyebabkan menopause terjadi di usia yang lebih tua dibandingkan perempuan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal.

 

6. Kebiasaan Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang diketahui mempercepat terjadinya menopause. Zat-zat beracun dalam rokok mempercepat penurunan fungsi ovarium dan meningkatkan risiko menopause dini.

 

Dinamika Hormon di Masa Menopause

Transisi menuju menopause ditandai dengan perubahan kadar hormon yang cukup dinamis. Fluktuasi estrogen menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, dan perempuan bisa mengalami berbagai gejala fisik maupun emosional dalam waktu yang berdekatan. Misalnya, dalam satu minggu seorang perempuan bisa merasakan nyeri payudara dan perdarahan hebat karena lonjakan estrogen, namun minggu berikutnya ia bisa mengalami sensasi panas, insomnia, dan kelelahan akibat penurunan kadar hormon tersebut.

Perubahan hormonal ini juga berdampak pada aspek seksual perempuan. Penurunan estrogen kerap menyebabkan kekeringan vagina, yang bisa menurunkan kenyamanan saat berhubungan seksual. Tidak jarang juga perempuan mengalami penurunan gairah seksual dan kesulitan mencapai orgasme. Meski demikian, kondisi ini tidak semata-mata disebabkan oleh kekurangan estrogen, melainkan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis dan emosional selama periode perimenopause.

Secara keseluruhan, masa transisi menopause adalah proses alami yang sarat makna. Meski penuh tantangan, pemahaman mendalam tentang perubahan yang terjadi dapat membantu perempuan menjalani fase ini dengan lebih tenang dan siap. Dukungan dari keluarga, lingkungan sosial, serta akses terhadap informasi yang benar dapat menjadi kunci utama dalam menjaga kualitas hidup selama masa transisi ini.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


02/Jun/2025

Program kehamilan adalah bentuk layanan kesehatan yang dirancang secara khusus untuk membantu pasangan suami istri yang sedang menantikan kehadiran buah hati, namun belum juga dikaruniai kehamilan setelah menjalani hubungan seksual secara teratur selama satu tahun tanpa menggunakan kontrasepsi. Selain itu, program ini juga diperuntukkan bagi pasangan yang ingin merencanakan kehamilan lebih awal, terutama pada wanita dengan riwayat keguguran atau bagi pasangan dengan kondisi medis tertentu baik pada pihak pria maupun wanita.

Melalui program ini, pasangan akan mendapatkan pendampingan medis menyeluruh yang bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan peluang kehamilan, tetapi juga untuk memastikan bahwa proses kehamilan dapat berjalan dengan aman dan sehat hingga persalinan.

 

Kapan Program Kehamilan Diperlukan?

Program kehamilan menjadi pilihan yang tepat ketika pasangan mengalami kendala dalam memperoleh keturunan akibat gangguan kesuburan atau kondisi medis lainnya. Konsultasi sebaiknya dilakukan minimal tiga bulan sebelum merencanakan kehamilan agar dokter dapat mendeteksi dan menangani berbagai faktor risiko yang mungkin memengaruhi keberhasilan kehamilan.

Beberapa kondisi yang menjadi alasan kuat untuk mempertimbangkan program ini antara lain:

  • Usia wanita yang sudah melewati 30 tahun, karena kualitas sel telur dapat menurun seiring bertambahnya usia.
  • Obesitas yang dapat mengganggu keseimbangan hormon reproduksi pada kedua pasangan.
  • Riwayat diabetes tipe 2.
  • Adanya penyakit infeksi menular seksual.
  • Kelainan genetik seperti sindrom antifosfolipid atau fenilketonuria.
  • Masalah pada proses ejakulasi.
  • Kelainan genetik yang mengganggu produksi dan kualitas sperma.
  • Gangguan hormon seperti PCOS (Polycystic Ovary Syndrome).
  • Kelainan bentuk atau struktur rahim.
  • Gangguan pada rongga panggul.
  • Peradangan atau penyumbatan tuba falopi.
  • Endometriosis.

 

Langkah-Langkah dalam Program Kehamilan

Pelaksanaan program kehamilan dilakukan secara sistematis dan terarah, biasanya melalui fasilitas kesehatan khusus seperti klinik fertilitas. Di sana, pasangan akan menjalani serangkaian prosedur untuk mengevaluasi kondisi medis dan menentukan langkah terbaik yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Berikut beberapa tahapan penting dalam proses tersebut:

 

 1. Wawancara Medis

Langkah pertama dalam program kehamilan dimulai dengan pengumpulan data medis. Dokter akan menggali informasi menyeluruh mengenai riwayat menstruasi, penggunaan alat kontrasepsi, konsumsi obat atau suplemen, riwayat vaksinasi, gaya hidup, serta penyakit yang pernah diderita oleh pasangan seperti asma, hipertensi, atau diabetes. Termasuk pula catatan mengenai kehidupan seksual dan tindakan medis yang pernah dijalani.

 

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menilai kondisi tubuh secara umum. Dokter akan memeriksa kondisi vital seperti tekanan darah, tinggi dan berat badan, serta kondisi organ reproduksi seperti panggul dan payudara pada wanita.

 

 3. Pemeriksaan Lanjutan

Jika diperlukan, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan lanjutan untuk menilai kesuburan pasangan. Bagi pria, pemeriksaan dapat meliputi analisis sperma, USG skrotum, vasografi, dan biopsi testis. Untuk wanita, biasanya dilakukan USG transvaginal dan histerosalpingografi guna memeriksa kondisi rahim dan saluran tuba.

Selain itu, ada pula pemeriksaan penunjang lain seperti:

  • Pemeriksaan TORCH untuk mendeteksi infeksi seperti toksoplasmosis, rubella, hepatitis B, dan herpes.
  • Tes darah lengkap serta golongan darah untuk mengantisipasi inkompatibilitas rhesus.
  • Pemeriksaan urine.
  • Pap smear untuk skrining kesehatan serviks.

 

Ragam Pilihan Program Kehamilan

Setelah evaluasi dan skrining kesuburan selesai, dokter akan menentukan jenis program kehamilan yang paling tepat sesuai kondisi masing-masing pasangan. Beberapa metode yang umum digunakan dalam program kehamilan antara lain:

 

1. Induksi Ovulasi

Induksi ovulasi merupakan teknik medis yang bertujuan merangsang proses pematangan dan pelepasan sel telur (ovulasi), khususnya pada wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. Dengan bantuan obat-obatan tertentu, proses ovulasi dapat ditingkatkan untuk memperbesar peluang pembuahan.

Jenis obat yang umum digunakan meliputi:

  • Clomiphene citrate, yang membantu memicu produksi hormon FSH.
  • FSH (Follicle Stimulating Hormone), untuk merangsang pertumbuhan folikel.
  • hMG dan hCG, hormon yang berperan dalam pematangan dan pelepasan sel telur.
  • Leuprolide, sebagai pengatur hormon reproduksi.

 

2. In Vitro Fertilization (IVF) atau Bayi Tabung

Prosedur ini dilakukan dengan mempertemukan sel telur dan sperma di laboratorium hingga terbentuk embrio, yang kemudian ditanamkan kembali ke rahim. Metode ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi dan sering menjadi pilihan utama bagi pasangan dengan masalah kesuburan kompleks.

 

3. Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI)

ICSI adalah teknik lanjutan dari bayi tabung, di mana satu sel sperma disuntikkan langsung ke dalam sel telur menggunakan alat laboratorium berteknologi tinggi. Teknik ini cocok untuk pria dengan jumlah atau kualitas sperma yang sangat rendah, dan biasanya dikombinasikan dengan metode IVF.

 

4. Inseminasi Buatan

Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan sperma langsung ke dalam rahim wanita menggunakan kateter saat masa ovulasi berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperpendek jalur perjalanan sperma sehingga meningkatkan peluang pertemuan dengan sel telur.

 

 5. Pembedahan Tuba Falopi

Jika tuba falopi tersumbat akibat infeksi atau endometriosis, dokter dapat merekomendasikan prosedur pembedahan untuk membuka jalur tersebut. Dengan demikian, sel telur dapat bergerak lebih leluasa menuju rahim untuk dibuahi.

Program kehamilan bukan sekadar upaya untuk memperoleh keturunan, tetapi juga merupakan bagian penting dari perencanaan keluarga yang sehat dan bertanggung jawab. Dengan pendekatan medis yang tepat dan dukungan dari para profesional, pasangan dapat menjalani proses ini dengan lebih percaya diri dan terarah. Konsultasikan dengan tenaga medis berkompeten untuk mendapatkan program yang paling sesuai dengan kondisi dan harapan Anda.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-28.png
02/Jun/2025

Sindrom Polikistik Ovarium atau Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) merupakan salah satu tantangan terbesar dalam kesehatan reproduksi wanita usia subur. Kondisi ini muncul akibat ketidakseimbangan hormon yang ditandai dengan menstruasi tidak teratur dan peningkatan kadar hormon androgen, yaitu hormon yang lebih dominan pada laki-laki.

Dampaknya tidak hanya mengganggu siklus reproduksi, tetapi juga bisa menyebabkan infertilitas dimana suatu kondisi ketidakmampuan untuk hamil setelah 12 bulan berhubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan kontrasepsi.

Secara global, PCOS menjadi masalah kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi PCOS di dunia diperkirakan sekitar 3,4%. Di Amerika Serikat, sekitar lima juta wanita usia subur mengalami kondisi ini. Penelitian di beberapa negara Eropa menunjukkan prevalensi berkisar antara 6,5% hingga 8%. Di Asia Tenggara, khususnya Thailand, PCOS ditemukan pada 15,5% wanita dalam sebuah kohort penelitian, sementara di Australia prevalensinya mencapai 8,7%.

Di sisi lain, masalah infertilitas juga semakin mengkhawatirkan, dengan estimasi sekitar satu dari enam orang usia reproduktif di seluruh dunia mengalami kesulitan untuk memiliki keturunan. Secara keseluruhan, sekitar 48,5 juta pasangan dan 186 juta individu di seluruh dunia hidup dengan tantangan infertilitas.

Di Indonesia sendiri, PCOS telah menjadi perhatian khusus dalam dunia medis. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesuburan, tetapi juga berkaitan dengan berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti gangguan toleransi glukosa, depresi, obstructive sleep apnea (OSA), serta peningkatan risiko terhadap kanker endometrium dan penyakit hati seperti nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) dan nonalcoholic steatohepatitis (NASH). Berdasarkan Konsensus Penanganan Infertilitas oleh Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI), sekitar 2,5% perempuan Indonesia usia 15–49 tahun mengalami infertilitas primer.

Penanganan PCOS dan infertilitas membutuhkan pendekatan multidisipliner, salah satunya melalui perubahan gaya hidup. Pola makan sehat dan olahraga teratur menjadi langkah awal yang sangat efektif, terlebih karena obesitas dan resistensi insulin seringkali menjadi pemicu utama. Penurunan berat badan terbukti dapat menurunkan kadar androgen dan insulin dalam sirkulasi darah, memperbaiki profil lipid, serta meningkatkan kadar hormon FSH (follicle-stimulating hormone).

Hasilnya adalah berkurangnya gejala fisik seperti hirsutisme, kebotakan pola laki-laki (alopecia), jerawat, dan skin tags (tanda kulit), sekaligus membantu menormalkan siklus menstruasi dan merangsang ovulasi. Selain itu, pendekatan farmakologis juga sering kali dibutuhkan sebagai bagian dari terapi jangka panjang.

Mengingat pentingnya pemahaman sejak dini terhadap risiko PCOS dan infertilitas, keterlibatan remaja dan pasangan usia subur dalam upaya pencegahan dan edukasi menjadi sangat vital. Dengan pengetahuan yang memadai dan tindakan preventif yang tepat, risiko dampak jangka panjang dari gangguan ovulasi dan infertilitas pada perempuan dapat diminimalisasi, sehingga kualitas hidup dan kesehatan reproduksi perempuan Indonesia bisa lebih terjaga.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel.png
01/Jun/2025

Salah satu kunci utama dalam merencanakan kehamilan adalah mengetahui dengan pasti kapan masa subur terjadi. Masa subur merupakan periode di mana peluang terjadinya pembuahan berada pada titik tertinggi. Sayangnya, tak sedikit pasangan yang melewatkan momen penting ini karena kurangnya pemahaman atau kesalahan dalam perhitungan. Padahal, mengenali masa subur bukanlah hal yang terlalu rumit jika dilakukan dengan penuh ketelitian dan kesabaran.

Secara garis besar, masa subur dapat dikenali melalui beberapa cara: menghitung siklus haid, memperhatikan perubahan lendir serviks, mengukur suhu tubuh basal, hingga melakukan pemeriksaan USG. Setiap metode memiliki kelebihan masing-masing dan dapat disesuaikan dengan kondisi tubuh setiap individu.

 

Menghitung Masa Subur Berdasarkan Siklus Haid

Cara yang paling umum dan mudah dilakukan adalah dengan menghitung berdasarkan siklus menstruasi. Bagi wanita dengan siklus haid yang teratur, misalnya 28 hingga 30 hari, masa subur biasanya terjadi di tengah-tengah siklus, yakni sekitar hari ke-14. Masa subur berlangsung selama tujuh hari, dimulai tiga hari sebelum ovulasi dan berakhir tiga hari setelahnya. Sebagai ilustrasi, jika hari pertama menstruasi jatuh pada tanggal 1, maka masa subur diperkirakan antara tanggal 11 hingga 17.

Namun, bagaimana jika siklus haid tidak selalu 28 hari? Untuk mereka yang memiliki siklus lebih pendek atau lebih panjang, perhitungannya pun berbeda. Misalnya, jika menstruasi berikutnya diperkirakan terjadi pada 18 Agustus, maka sel telur kemungkinan besar keluar pada tanggal 2 hingga 4 Agustus, yaitu 14 hingga 16 hari sebelum haid berikutnya. Artinya, masa subur berlangsung sekitar tanggal 31 Juli hingga 7 Agustus.

Bagi yang mengalami siklus haid yang sangat tidak teratur, diperlukan pencatatan minimal selama 6 hingga 12 bulan. Kemudian, dilakukan perhitungan menggunakan rumus Ogino-Knaus. Siklus terpendek dikurangi 18, dan siklus terpanjang dikurangi 11. Misalnya, jika siklus terpendek adalah 28 hari dan terpanjang 40 hari, maka masa subur diperkirakan antara hari ke-10 hingga hari ke-29. Rentang waktu yang lebih panjang ini menggambarkan ketidakpastian akibat ketidakteraturan siklus haid.

Jika siklus menstruasi benar-benar kacau, ada baiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mencari penyebabnya dan mendapatkan penanganan yang sesuai. Dengan demikian, masa subur dapat diketahui dengan lebih akurat.

 

Memantau Getah Lendir Serviks

Cara alami lain yang juga cukup akurat adalah mengamati perubahan pada getah lendir serviks. Lendir ini bisa diperiksa sendiri setiap hari. Pada masa subur, lendir akan mengalami perubahan khas: bersifat elastis, bening, lengket, dan menyerupai putih telur mentah. Jika lendir ditarik di antara dua jari, ia akan memanjang dan tidak mudah putus. Ciri ini disebut dengan istilah “spinbarkeit.”

Bila ingin hasil yang lebih pasti, lendir ini dapat diperiksa di bawah mikroskop oleh tenaga medis. Pada masa subur, lendir akan tampak membentuk pola seperti daun pakis, menandakan bahwa tubuh sedang mempersiapkan diri untuk proses pembuahan.

 

Mengukur Suhu Tubuh Basal

Metode yang satu ini membutuhkan kedisiplinan tinggi, tetapi hasilnya cukup bisa diandalkan. Suhu tubuh basal adalah suhu tubuh saat istirahat total, biasanya diukur setiap pagi segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apapun. Gunakan termometer khusus dan tempelkan di bawah lidah selama 5-6 menit, lalu catat hasilnya setiap hari pada jam yang sama.

Selama masa ovulasi, suhu tubuh akan mengalami sedikit penurunan, kemudian meningkat tajam sekitar 0,2 hingga 0,5 derajat Celsius dan tetap tinggi selama beberapa hari. Jika suhu terus tinggi setelah ovulasi, kemungkinan besar telah terjadi pembuahan dan awal kehamilan.

Suhu normal tubuh wanita berkisar antara 35,5 hingga 36 derajat Celsius. Ketika ovulasi terjadi, suhu bisa naik menjadi 37 hingga 38 derajat Celsius. Bila grafik suhu yang dicatat setiap hari menunjukkan pola seperti ini secara konsisten selama tiga bulan, maka masa subur dapat diperkirakan dengan lebih tepat.

Namun, perlu diingat bahwa akurasi pengukuran bisa terganggu oleh beberapa faktor, seperti demam, tidur dekat sumber panas, atau pendingin udara yang terlalu dingin. Dalam kondisi seperti ini, hasil pengukuran mungkin tidak dapat diandalkan.

 

Pemeriksaan USG Serial

Bagi wanita yang memiliki siklus menstruasi sangat tidak teratur, atau yang mengalami masalah reproduksi, pemeriksaan USG secara berkala bisa menjadi solusi. Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat memantau langsung perkembangan folikel (calon sel telur) di ovarium hingga saat ovulasi tiba. USG serial dilakukan setiap 2-3 hari untuk mengamati perubahan yang terjadi di dalam ovarium. Ketika sel telur tampak matang dan siap keluar, maka dapat dipastikan masa subur sedang berlangsung.

Pemeriksaan USG tidak hanya berguna untuk mengetahui waktu ovulasi, tetapi juga bisa membantu mengevaluasi kondisi organ reproduksi secara keseluruhan.

 

Faktor Pendukung Terjadinya Kehamilan

Mengetahui masa subur saja belum cukup. Beberapa faktor lain juga turut menentukan keberhasilan terjadinya pembuahan dan kehamilan. Di antaranya adalah:

  • Infeksi pada organ reproduksi dapat menyebabkan kerusakan pada indung telur atau tuba Fallopi, yang menghambat pertemuan antara sel sperma dan sel telur. Saluran yang tersumbat membuat sperma tidak bisa mencapai tempat pembuahan, yaitu di bagian ampula dari tuba Fallopi.
  • Kualitas sel telur juga memegang peranan penting. Bila terjadi gangguan seperti kista, endometriosis, atau tumor pada indung telur, maka ovulasi pun akan terhambat.
  • Ketidakseimbangan hormon, khususnya hormon dari kelenjar hipofisis di otak, dapat memengaruhi kematangan sel telur. Jika kelenjar ini terganggu, misalnya oleh tumor, maka pematangan dan pelepasan sel telur bisa terhambat.
  • Lendir serviks yang mengandung antibodi terhadap sperma juga dapat menjadi penghalang. Dalam beberapa kasus, tubuh wanita justru menganggap sperma sebagai zat asing dan membentuk antibodi untuk melawannya. Hal ini bisa diketahui melalui uji pasca sanggama yang memeriksa kualitas lendir setelah hubungan seksual.
  • Kerusakan struktur rahim seperti adanya fibroid, tumor, atau kelainan bentuk juga bisa mengganggu keberhasilan implantasi janin.
  • Mengetahui Masa Subur adalah Investasi Awal Menuju Kehamilan

Mengenali masa subur merupakan langkah awal yang penting dalam perjalanan menuju kehamilan. Dengan informasi yang akurat dan pemahaman yang baik, pasangan bisa mengatur waktu hubungan seksual agar peluang pembuahan menjadi lebih besar. Bila menemui hambatan, konsultasikan dengan dokter agar segera mendapatkan solusi yang tepat. Setiap wanita memiliki pola tubuh yang unik, dan mengenali pola itu adalah bagian penting dari merencanakan kehadiran buah hati yang dinanti.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-35.png
01/Jun/2025

Rahim yang sehat adalah fondasi utama dalam proses kehamilan. Organ ini bukan hanya tempat berkembangnya janin, tetapi juga penentu utama keberhasilan program hamil yang dijalani. Oleh karena itu, menjaga kesehatan rahim bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan.

Banyak faktor yang memengaruhi kondisi rahim, mulai dari pola makan, gaya hidup, hingga kondisi mental seperti stres dan kecemasan. Bila semua elemen ini dikelola dengan baik, maka peluang untuk memiliki kehamilan yang sehat dan bayi yang kuat akan semakin tinggi. Berikut ini adalah panduan lengkap yang bisa Anda terapkan untuk menjaga rahim tetap sehat dan subur.

 

Mengapa Rahim yang Sehat Itu Penting?

Rahim yang tidak sehat dapat memicu berbagai masalah kesehatan reproduksi. Beberapa di antaranya termasuk mioma rahim, kanker rahim, infeksi kandung kemih (sistitis), sindrom ovarium polikistik (PCOS), hingga tindakan histerektomi (pengangkatan rahim). Kondisi-kondisi ini dapat mempersulit proses kehamilan dan menurunkan tingkat kesuburan.

Meskipun otot rahim dikenal sebagai salah satu yang paling kuat dalam tubuh, namun organ ini bisa mengalami kerusakan akibat pola makan yang buruk, gaya hidup tidak sehat, atau penumpukan racun di tubuh. Selain itu, kebiasaan menahan buang air kecil atau jarang buang air besar juga bisa memberikan tekanan berlebih pada rahim.

Maka dari itu, menjaga rahim tetap sehat bukan hanya demi kehamilan, tapi juga penting untuk kualitas hidup secara menyeluruh.

 

Tips Menjaga Kesehatan Rahim agar Tetap Subur

1. Hindari Duduk Terlalu Lama

Duduk dalam waktu lama bisa menghambat sirkulasi darah ke area panggul, yang dapat menyebabkan dinding rahim menebal dan meningkatkan risiko endometriosis. Jika pekerjaan menuntut Anda untuk duduk lama, cobalah bangun dan bergerak setidaknya setiap 15–30 menit. Peregangan ringan bisa membantu memperlancar aliran darah dan menjaga kesehatan organ reproduksi.

2. Konsumsi Biji-bijian Utuh dan Kacang-kacangan

Biji-bijian seperti chia seed, gandum, quinoa, serta kacang-kacangan mengandung serat, protein, dan asam lemak omega-3 yang penting untuk hormon reproduksi. Makanan ini juga dapat membantu mengeluarkan kelebihan estrogen dari tubuh dan menurunkan risiko mioma serta kanker rahim. Selain itu, konsumsi rutin biji-bijian bisa membantu menjaga berat badan ideal yang penting untuk kesuburan.

3. Jaga Pola Tidur Teratur

Tidur yang cukup dan teratur memengaruhi kestabilan hormon reproduksi. Usahakan tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari. Kurangnya tidur bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormon, siklus menstruasi tidak teratur, dan menurunkan peluang kehamilan.

4. Hindari Makanan Olahan dan Kemasan

Makanan instan dan olahan cenderung mengandung pengawet, pewarna buatan, dan pemanis sintetis yang dapat mengganggu hormon. Hindari juga produk berbahan dasar kedelai olahan yang mengandung fitoestrogen dalam jumlah tinggi karena bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Lebih baik konsumsi makanan segar yang dimasak sendiri dengan bahan alami.

5. Konsumsi Produk Susu

Susu, yogurt, dan mentega mengandung kalsium dan vitamin D yang baik untuk kesehatan tulang dan jaringan rahim. Nutrisi ini membantu mencegah terbentuknya mioma dan menjaga rahim dalam kondisi optimal. Pilih produk susu yang berkualitas baik dan rendah gula tambahan.

6. Perbanyak Asupan Vitamin C

Buah-buahan kaya vitamin C seperti jeruk, kiwi, jambu, lemon, dan sayuran seperti brokoli dan paprika merah membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah infeksi pada rahim. Vitamin C juga berperan sebagai antioksidan yang menjaga kesehatan jaringan rahim dan sistem reproduksi secara umum.

7. Jangan Lupakan Sayuran Hijau

Sayuran seperti bayam, kale, dan selada kaya akan serat, mineral, dan fitoestrogen yang membantu menstabilkan kadar hormon dalam tubuh. Serat membantu membuang hormon berlebih dan menjaga keseimbangan pH pada rahim, sedangkan mineral mendukung fungsi saraf dan otot yang menunjang kesehatan reproduksi.

8. Kelola Stres dengan Baik

Stres yang tidak terkendali bisa memengaruhi siklus menstruasi dan memicu peradangan dalam tubuh. Cobalah kegiatan relaksasi seperti yoga, meditasi, atau sekadar berjalan santai di taman. Menjaga kesehatan mental adalah bagian tak terpisahkan dari menjaga kesuburan.

9. Rutin Berolahraga

Olahraga teratur seperti jogging, berenang, bersepeda, atau yoga dapat memperkuat otot-otot panggul dan memperlancar aliran darah ke rahim. Aktivitas fisik juga membantu mengurangi risiko pembentukan mioma dan menjaga berat badan tetap ideal. Jika kesibukan membuat Anda sulit berolahraga setiap hari, cukup luangkan waktu minimal satu kali seminggu.

Saatnya Lebih Peduli pada Kesehatan Rahim Anda

Menjaga kesehatan rahim adalah investasi jangka panjang untuk kehidupan Anda. Jika saat ini Anda sedang dalam program hamil atau merencanakan kehamilan dalam waktu dekat, pastikan untuk mulai menerapkan pola hidup sehat dan konsultasikan kondisi tubuh Anda dengan tenaga medis profesional.

Jangan ragu untuk mencari informasi lebih lanjut dan melakukan pemeriksaan kesuburan jika diperlukan. Rahim yang sehat bukan hanya kunci keberhasilan kehamilan, tapi juga pintu menuju kehidupan yang lebih berkualitas.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-20.png
01/Jun/2025

Ketika topik kesuburan pria dibahas, kebanyakan perhatian tertuju pada usia, pola makan, atau tingkat stres. Namun, satu faktor krusial kerap luput dari sorotan: konsumsi alkohol. Bagi banyak pria, alkohol adalah bagian dari gaya hidup sosial, cara melepas penat setelah bekerja, atau teman dalam perayaan. Sayangnya, apa yang tampak sepele ini justru menyimpan ancaman serius terhadap kesehatan reproduksi pria.

Tanpa disadari, kebiasaan minum alkohol dapat merusak kualitas sperma, mengganggu keseimbangan hormonal, dan bahkan mengurangi peluang untuk memiliki keturunan. Lalu, bagaimana sebenarnya alkohol memengaruhi kesuburan pria? Mari kita bahas secara menyeluruh.

 

Dampak Alkohol terhadap Kesuburan Pria

1. Penurunan Kualitas dan Kuantitas Sperma

Minum alkohol secara berlebihan terbukti memperburuk kualitas sperma. Mulai dari jumlah yang menurun, pergerakan (motilitas) yang lambat, hingga bentuk (morfologi) yang abnormal.
Sebuah studi dari Alcohol and Alcoholism menemukan bahwa pria yang mengonsumsi lebih dari 20 unit alkohol per minggu memiliki jumlah dan motilitas sperma yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak minum atau hanya minum dalam jumlah kecil. Kondisi ini jelas mengurangi kemampuan sperma dalam membuahi sel telur.

2. Gangguan Keseimbangan Hormon

Alkohol secara langsung memengaruhi produksi hormon testosteron, yang sangat penting dalam proses pembentukan sperma (spermatogenesis). Kadar testosteron yang menurun dapat menurunkan gairah seksual dan produktivitas sperma. Laporan dari Healthy Male Australia juga mengungkapkan bahwa alkohol bisa memicu peningkatan kadar hormon estrogen pada pria. Ketidakseimbangan antara testosteron dan estrogen ini mengganggu sistem reproduksi dan berpotensi menurunkan kesuburan.

3. Kerusakan Jaringan Testis

Konsumsi alkohol jangka panjang dapat merusak struktur dan fungsi testis, tempat di mana sperma diproduksi. Studi dalam Alcohol and Alcoholism menyebutkan bahwa kerusakan ini bisa bersifat permanen, terutama jika kebiasaan konsumsi alkohol sudah berlangsung bertahun-tahun dalam jumlah besar.

4. Risiko Fragmentasi DNA pada Sperma

Fragmentasi DNA sperma mengacu pada kerusakan pada materi genetik di dalam sperma. Kondisi ini meningkatkan risiko keguguran dan mengurangi kemungkinan terjadinya pembuahan yang sehat.
Menurut ulasan dari PubMed Central, konsumsi alkohol secara kronis memperbesar kemungkinan terjadinya fragmentasi DNA, yang dapat memengaruhi perkembangan embrio dan kehamilan secara keseluruhan.

 

Seberapa Banyak Alkohol yang Masih Aman?

Menurut Your Fertility, konsumsi alkohol dalam jumlah rendah hingga sedang (sekitar 1–2 gelas per hari) mungkin tidak memberikan dampak signifikan. Namun, konsumsi berlebihan—lebih dari 5 atau 6 gelas dalam satu waktu—dapat menurunkan kualitas sperma secara drastis dan memicu infertilitas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyarankan para pria yang sedang dalam masa perencanaan kehamilan untuk benar-benar menghindari alkohol demi meningkatkan peluang keberhasilan.

 

Apakah Alkohol Membunuh Sperma?

Jawabannya: tidak secara langsung. Namun, alkohol merusak proses pembentukan sperma (spermatogenesis), yang berlangsung sekitar 74 hari. Gangguan dalam proses ini membuat sperma yang dihasilkan menjadi lebih sedikit, lemah, dan kurang sehat.

 

Langkah Cerdas Meningkatkan Kesuburan Pria

Jika Anda sedang merencanakan kehamilan bersama pasangan, berikut beberapa langkah efektif untuk meningkatkan kualitas sperma:

1. Kurangi atau Hindari Alkohol

Berhenti mengonsumsi alkohol minimal selama 3 bulan sebelum program kehamilan dapat membantu tubuh memproduksi sperma yang lebih sehat dan berkualitas.

2. Perbaiki Pola Makan

Pilih makanan yang kaya akan nutrisi penting untuk kesuburan seperti zinc, selenium, vitamin C, dan antioksidan. Sayuran hijau, buah-buahan segar, biji-bijian, dan ikan berlemak sangat disarankan. Hindari makanan cepat saji atau tinggi gula dan lemak jenuh.

3. Rutin Berolahraga

Olahraga ringan seperti jogging, berenang, atau bersepeda secara teratur bisa membantu meningkatkan kadar testosteron dan memperbaiki kualitas sperma. Hindari latihan berlebihan yang bisa memicu stres oksidatif.

4. Kelola Stres dengan Baik

Stres kronis dapat menekan produksi hormon testosteron. Cobalah teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau menekuni hobi. Tidur yang cukup juga sangat penting untuk menjaga keseimbangan hormon.

5. Konsultasikan dengan Dokter

Jika ada kebiasaan konsumsi alkohol berat atau kekhawatiran terkait kesuburan, berkonsultasilah dengan dokter spesialis urologi atau andrologi. Pemeriksaan kualitas sperma dapat memberikan gambaran awal dan solusi medis terbaik.

Meskipun sering dianggap sepele, konsumsi alkohol bisa menjadi penghalang besar dalam perjalanan menjadi orang tua. Alkohol tidak hanya menurunkan kualitas sperma, tetapi juga dapat memengaruhi hormon, merusak testis, dan mengacaukan proses pembuahan secara keseluruhan. Dengan mengambil langkah preventif seperti mengurangi alkohol, menjaga gaya hidup sehat, dan rutin memeriksakan diri, peluang untuk memiliki keturunan dapat meningkat secara signifikan.

Menghindari alkohol mungkin terasa sulit bagi sebagian orang, tetapi jika tujuannya adalah hadirnya buah hati dalam kehidupan keluarga, maka pengorbanan kecil ini bisa menjadi langkah besar menuju masa depan yang lebih cerah.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


makanan-yang-dibutuhkan-sperma.png
10/May/2025

Bagi sebagian orang, makanan pedas adalah kenikmatan yang sulit ditolak. Rasa pedas yang menggigit sering kali dipercaya bisa meningkatkan nafsu makan dan memberikan sensasi yang memuaskan. Namun, saat memasuki masa persiapan kehamilan atau menjalani program bayi tabung, makanan pedas sebaiknya tidak dikonsumsi sembarangan. Ada sejumlah alasan medis dan fisiologis yang membuat makanan pedas perlu dihindari, terutama oleh perempuan yang sedang berupaya hamil.

 

Mengapa Perlu Membatasi Makanan Pedas?

Ketika tubuh sedang dipersiapkan untuk kehamilan, segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Makanan pedas memiliki sejumlah efek yang bisa berdampak negatif, terutama terhadap sistem pencernaan dan keseimbangan hormon.

Salah satu risiko yang sering terjadi adalah meningkatnya kontraksi pada rahim. Hal ini tentu berisiko terutama pada fase-fase awal dan akhir kehamilan. Selain itu, makanan pedas bisa memperparah gejala mulas atau refluks asam, apalagi saat ukuran janin yang membesar menekan lambung dan mendorong asam lambung naik ke kerongkongan.

Pada sebagian perempuan, makanan pedas juga bisa menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem tubuh yang akhirnya mempengaruhi kualitas sel telur. Kondisi ini bahkan dapat memperparah masalah kesuburan seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS).

Tak hanya itu, bagi yang memiliki lambung sensitif, makanan pedas dapat menimbulkan iritasi, perut kembung, mual hingga muntah. Oleh karena itu, meski secara umum makanan pedas tidak selalu membahayakan, ada baiknya membatasi konsumsinya terutama jika sedang dalam proses persiapan kehamilan.

 

Risiko Tambahan yang Perlu Dipertimbangkan

Beberapa pertanyaan penting juga perlu dipertimbangkan sebelum menyantap makanan pedas, antara lain:

  • Apakah makanan pedas memperburuk morning sickness?
  • Apakah makanan pedas memicu refluks asam?
  • Apakah gejalanya menyerupai GERD atau gangguan pencernaan serius lainnya?

Gejala seperti nyeri ulu hati, batuk, gangguan tidur, hingga feses berwarna hitam bisa menjadi indikasi adanya masalah pencernaan yang lebih berat. Dalam kondisi seperti ini, makanan pedas justru bisa memperburuk situasi dan sebaiknya dihindari sepenuhnya.

 

Ganti dengan Pola Makan Seimbang

Sebagai gantinya, disarankan untuk memperbanyak konsumsi makanan bergizi tinggi yang mendukung kesuburan, seperti makanan yang mengandung asam folat, protein, karbohidrat kompleks, dan lemak sehat. Pilihan makanan seperti ayam, tahu, kacang-kacangan, ikan rendah merkuri, brokoli, kangkung, dan jamur adalah contoh sumber nutrisi yang baik.

Sebaliknya, hindari makanan seperti:

  • Ikan bermerkuri tinggi (hiu, ikan todak, tuna mata besar)
  • Makanan olahan tinggi lemak trans
  • Produk susu yang tidak dipasteurisasi
  • Makanan dengan kadar garam dan gula berlebih
  • Produk kedelai dalam jumlah besar

Penting juga untuk menjaga asupan air putih, menghindari konsumsi alkohol dan kafein berlebih, serta menjaga rutinitas olahraga ringan yang mendukung metabolisme tubuh.

 

Perlukah Menghindari Makanan Pedas Saat Program IVF?

Bagi perempuan yang menjalani program kehamilan melalui metode bayi tabung (IVF), perhatian terhadap pola makan semakin penting, terutama setelah proses transfer embrio. Masa ini dianggap sebagai fase kritis karena tubuh sedang mempersiapkan tempat terbaik bagi embrio untuk berkembang.

Dalam periode ini, makanan pedas yang terlalu kuat sebaiknya dihindari. Meski tidak sepenuhnya dilarang, konsumsi makanan yang sangat pedas bisa menimbulkan rasa tidak nyaman, mual, hingga gangguan lambung yang bisa memengaruhi kondisi tubuh secara umum.

Sebaliknya, pilih makanan yang lembut di lambung, bergizi tinggi, serta mudah dicerna untuk mendukung proses implantasi embrio secara optimal.

Meski menggoda dan menyenangkan bagi sebagian orang, makanan pedas sebaiknya dibatasi saat seseorang sedang menjalani program kehamilan, baik secara alami maupun melalui metode bayi tabung. Dampaknya terhadap sistem pencernaan dan kemungkinan gangguan pada proses reproduksi membuat makanan pedas bukanlah pilihan yang bijak dalam masa ini.

Lebih baik fokus pada pola makan yang seimbang, kaya nutrisi, dan mendukung kesuburan. Dengan menjaga asupan makanan yang tepat, peluang keberhasilan program kehamilan akan lebih tinggi dan tubuh pun akan lebih siap untuk menjalani proses kehamilan dengan sehat dan stabil.

 

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


artikel-20.png
09/May/2025

Indonesia saat ini menghadapi tantangan besar dalam hal prevalensi perokok. Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2020, sekitar 35,6% penduduk dewasa Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas adalah perokok aktif. Ini berarti sekitar 57 juta orang di Indonesia secara rutin mengonsumsi produk tembakau, menjadikan negara ini sebagai salah satu dengan tingkat perokok tertinggi di dunia.

Tingginya angka perokok ini bukan hanya menjadi masalah kesehatan masyarakat secara umum, tetapi juga berdampak langsung terhadap kesehatan reproduksi, khususnya kesuburan pria. Banyak yang belum menyadari bahwa merokok bukan sekadar kebiasaan, melainkan ancaman serius bagi kemampuan seorang pria untuk memiliki keturunan.

Kesuburan pria secara umum dipengaruhi oleh jumlah, bentuk, dan pergerakan sperma yang dihasilkan tubuh. Sperma yang sehat seharusnya memiliki bentuk yang normal, mampu bergerak lincah menuju sel telur, dan hadir dalam jumlah yang memadai di setiap mililiter cairan ejakulasi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah sperma normal berkisar antara 15 juta hingga 200 juta per mililiter. Selain itu, sekitar 40% hingga 60% dari jumlah sperma tersebut seharusnya aktif bergerak.

Namun, kenyataannya, tidak semua pria memiliki kualitas sperma yang sesuai dengan standar tersebut. Bahkan pria dengan jumlah sperma yang berada di bawah angka normal WHO sekalipun, dalam beberapa kasus, masih bisa membuahi. Hal ini menunjukkan bahwa kesuburan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari usia, kondisi kesehatan, pola hidup, hingga faktor genetik. Salah satu faktor risiko utama yang terbukti menurunkan kualitas sperma adalah merokok.

Zat kimia dalam asap rokok seperti nikotin, karbon monoksida, dan telah lama diketahui berdampak negatif terhadap spermatogenesis, yaitu proses pembentukan sperma. Studi menunjukkan bahwa pria perokok cenderung memiliki jumlah sperma yang lebih sedikit, dengan bentuk yang tidak normal serta pergerakan yang lambat. Semua faktor ini berkontribusi besar terhadap menurunnya potensi kesuburan. Bahkan, dalam program bayi tabung atau metode reproduksi berbantu lainnya, keberhasilan pembuahan juga bisa terhambat akibat kualitas sperma yang buruk akibat kebiasaan merokok.

Meski data spesifik mengenai tingkat kesuburan pria di Indonesia masih terbatas, sejumlah penelitian menunjukkan adanya tren penurunan kesuburan pria dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebab yang paling sering disebut adalah gaya hidup tidak sehat, terutama kebiasaan merokok yang meluas di kalangan pria usia produktif.

Berhenti merokok adalah langkah awal yang sangat disarankan bagi siapa pun yang ingin meningkatkan peluang untuk memiliki keturunan. Setelah menghentikan kebiasaan ini, tubuh secara bertahap akan memperbaiki diri. Produksi sperma bisa menjadi lebih sehat, dan peluang keberhasilan pembuahan pun meningkat.

Kesehatan reproduksi adalah aset penting, dan menjaga kualitasnya dimulai dari kebiasaan sehari-hari. Jika Anda merokok, mungkin inilah saatnya untuk mempertimbangkan kembali dampaknya terhadap masa depan Anda dan keluarga yang ingin Anda bangun.

Bagi Anda yang sedang berjuang untuk mendapatkan momongan atau sekadar ingin memastikan kondisi kesuburan tetap optimal, berkonsultasilah dengan tenaga medis profesional.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


Copyright by SignumFertility 2025. All rights reserved.