fbpx
Senin - Jumat08:00-14:00Sabtu08:00-13:00Call us 081336865595
Category filter:AllInformationKesehatanTipsUncategorizedVideo
No more posts

Artikel

Semoga informasi ini bermanfaat untuk anda dan keluarga
sperm-DFI.png
02/Sep/2025

Banyak pasangan masih menghadapi kesulitan memperoleh keturunan meski hasil analisis sperma terlihat normal. Dalam kondisi seperti ini, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan DNA Fragmentation Index (DFI) untuk menilai sejauh mana kerusakan DNA pada sperma terjadi.

Apa Itu DNA Fragmentation Index (DFI)?

DFI adalah parameter yang digunakan untuk menilai kualitas sperma melalui tingkat kerusakan DNA di dalamnya. Tes ini bermanfaat ketika analisis sperma standar menunjukkan hasil normal, tetapi kehamilan tetap sulit tercapai.

DFI mengukur persentase sperma dengan DNA yang rusak—baik berupa patahan pada untaian tunggal maupun ganda. Kondisi ini dapat memperlambat proses pembuahan, menghambat perkembangan embrio, hingga meningkatkan risiko keguguran.

Pentingnya Memahami Peran DFI dalam Kesuburan Pria

  • Penelitian menunjukkan sekitar 40% pria dengan masalah fertilitas mengalami kerusakan DNA sperma signifikan.
  • Kerusakan ini biasanya muncul saat sperma bergerak dari testis menuju ejakulasi, dipicu oleh gaya hidup tidak sehat, obesitas, diabetes, varikokel, paparan panas atau bahan berbahaya, infeksi, maupun kanker.
  • Nilai DFI yang tinggi berkaitan dengan menurunnya peluang pembuahan alami, meningkatnya risiko keguguran, serta berkurangnya keberhasilan program bayi tabung (IVF/ICSI).

Metode Pemeriksaan DFI

Beberapa metode yang digunakan antara lain:

  1. SCSA (Sperm Chromatin Structure Assay) – metode paling umum dengan teknologi flow cytometry. Hasilnya berupa persentase sperma yang mengalami kerusakan DNA.
  2. TUNEL Assay – mendeteksi fragmen DNA dengan label khusus.
  3. Comet Assay – mengamati pecahan DNA dalam medium gel berbentuk ekor komet.
  4. SCD (Sperm Chromatin Dispersion) – mengukur pola dispersi kromatin; sperma sehat tampak dengan halo besar, sementara sperma rusak memiliki halo kecil atau tidak ada.

Bagaimana Menafsirkan Nilai DFI?

  • Menurut Alodokter:
    • Rendah: <15%
    • Sedang: 15–30%
    • Tinggi: >30%
  • Menurut SCSA dan Path Fertility:
    • ≤15% → sangat baik
    • 15–<25% → baik–cukup
    • 25–<50% → sedang–buruk
    • ≥50% → sangat buruk

DFI di atas 20% mulai menunjukkan penurunan peluang kehamilan alami, sementara di atas 30% peluang keberhasilan menurun drastis.

Kelebihan, Keterbatasan, dan Rekomendasi Klinis

Keunggulan:

  • Lebih akurat, cepat, dan konsisten dibanding analisis sperma konvensional.
  • Mampu mendeteksi kerusakan DNA yang tidak terdeteksi oleh pemeriksaan standar.

Keterbatasan:

  • Hubungan antara nilai DFI dan keberhasilan reproduksi masih terbatas pada bukti penelitian tertentu.
  • Batas ambang klinis belum seragam di berbagai lembaga medis.

Rekomendasi:

  • Tes DFI disarankan pada kasus infertilitas yang tidak jelas penyebabnya, keguguran berulang, kegagalan implantasi, varikokel, atau hasil IVF yang buruk meski analisis sperma normal.
  • Menurut ASRM/AUA, tes ini tidak menjadi bagian dari evaluasi awal infertilitas, namun bermanfaat untuk pasangan dengan riwayat keguguran berulang.

Langkah Selanjutnya Jika Hasil DFI Tinggi

Apabila hasil tes menunjukkan DFI tinggi, beberapa langkah yang bisa dilakukan meliputi:

  • Perubahan gaya hidup: berhenti merokok, menjaga berat badan, rutin olahraga, mengurangi paparan panas berlebih, dan konsumsi antioksidan sesuai saran dokter.
  • Penanganan medis: misalnya perbaikan varikokel, prosedur seleksi sperma, hingga penggunaan teknik lanjutan seperti ICSI atau TESE/ICSI untuk mendapatkan sperma dengan DNA yang lebih sehat.

 

Jika Anda merasakan gangguan mata yang berkelanjutan, segera kunjungi Surabaya Eye Clinic untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan yang tepat bagi mata Anda.

Untuk informasi lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami di:

(031) 8495502
(031) 8433050
082143717979 (WA only)

Atau Anda bisa kunjungi Surabaya Eye Clinic di Jalan Raya Jemursari No. 108, Surabaya, Indonesia


ketidakseimbangan-hormon.png
01/Sep/2025

Apa Itu Ketidakseimbangan Hormon?

Setiap manusia yang terlahir sebagai wanita memiliki lebih dari 50 jenis hormon yang bekerja seperti instrumen dalam orkestra bahkan perubahan kecil sekalipun bisa mengganggu keseimbangan. Hormon-hormon ini dihasilkan oleh organ dan jaringan tubuh, diedarkan melalui darah, lalu mengatur berbagai sistem seperti pertumbuhan, metabolisme, suasana hati, reproduksi, dan fungsi seksual. Jika suatu hormon diproduksi terlalu banyak atau terlalu sedikit, fungsi-fungsi tersebut bisa terganggu.

 

Penyebab dan Faktor yang Memicu ketidakseimbangan Hormon

Beberapa faktor normal yang memengaruhi hormon AFAB antara lain usia, pubertas, menstruasi, kehamilan, dan menopause. Selain itu, kondisi medis juga berperan, seperti:

  • Penyakit Addison
  • Gangguan makan (anoreksia dsb.)
  • Hiperplasia adrenal kongenital (CAH)
  • Sindrom Cushing
  • Diabetes
  • Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
  • Gangguan tiroid.

Faktor lainnya termasuk:

  • Kista dan tumor
  • Obat-obatan (misalnya kontrasepsi atau terapi kanker)
  • Paparan bahan kimia lingkungan
  • Stres.

 

Gejala Ketidakseimbangan Hormon

Berdasarkan ulasan UCLA Health, terdapat 7 gejala utama yang perlu diwaspadai:

  1. Perubahan Menstruasi
     Siklus haid bisa menjadi tidak datang, terlalu sering, terlalu banyak, atau tidak teratur sering kali terkait dengan fluktuasi hormon estrogen.
  2. Masalah Rambut
     Ketidakseimbangan hormon dapat menimbulkan kerontokan rambut atau pertumbuhan rambut berlebih (hirsutisme), terutama di wajah dan dagu penanda produksi hormon pria (androgen) berlebih. Kerontokan rambut juga bisa disebabkan oleh gangguan tiroid.
  3. Masalah Kulit
     Hormon seperti progesteron (misalnya saat hamil) bisa memicu jerawat di wajah, dada, dan punggung. Estrogen dan progesteron juga bisa menyebabkan hiperpigmentasi noda gelap pada kulit, umumnya di leher, selangkangan, dan bawah payudara.
  4. Gejala Terkait Seksual
     Penurunan estrogen, terutama setelah menopause, bisa menyebabkan libido rendah, nyeri saat berhubungan, kekeringan vagina, dan atrofi vagina (penipisan serta inflamasi dinding vagina).
  5. Perubahan Berat Badan
     Kenaikan berat badan atau penurunan berat tanpa sebab jelas bisa menunjukkan ketidakseimbangan hormon. Kenaikan berat badan sering terjadi setelah menopause karena penurunan hormon seks, dan juga terkait dengan kondisi seperti tiroid, PCOS, serta sindrom Cushing.
  6. Masalah Mood dan Tidur
     Penurunan estrogen dapat menurunkan serotonin dalam tubuh, memicu kecemasan, depresi, dan mudah marah. Gangguan ini juga bisa menyebabkan keringat malam serta kesulitan tidur.
  7. Gangguan Pencernaan
     Estrogen dan progesteron penting dalam metabolisme dan mengatur saluran pencernaan. Ketidakseimbangan keduanya dapat menyebabkan konstipasi atau diare, serta berkaitan dengan sindrom iritasi usus (IBS)

 

Apa yang Perlu Dilakukan Jika Mencurigai Ketidakseimbangan Hormon?

Ketidakseimbangan hormon tidak selalu mudah dideteksi karena tidak ada satu tes laboratorium tunggal yang bisa mengevaluasi semua hormon sekaligus. Berikut langkah-langkah yang disarankan:

  • Dokumentasikan gejala secara detail: waktu muncul, intensitas, dan pola kejadiannya.
  • Konsultasi dengan dokter umum (PCP) untuk evaluasi menyeluruh.

Proses diagnosis dapat mencakup:

  • Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
  • Evaluasi obat atau suplemen yang digunakan
  • Tes laboratorium (darah, urine, atau saliva) untuk mengukur kadar hormon
  • Pemeriksaan panggul untuk mendeteksi kista atau tumor
  • Pemeriksaan USG untuk memeriksa organ seperti rahim, ovarium, tiroid, atau kelenjar pituitari.

Pilihan penanganannya meliputi:

  • Obat anti-androgen jika hormon pria tinggi
  • Kontrasepsi hormonal untuk menyeimbangkan hormon seks
  • Terapi hormon (hormon buatan) untuk meningkatkan hormon seperti estrogen atau tiroid
  • Estrogen topikal (vaginal) untuk mengatasi kekeringan dan nyeri vagina

 

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


Benarkah-Pola-Makan-Ibu-Bisa-Menentukan-Jenis-Kelamin-Janin.png
21/Aug/2025

Bagi banyak pasangan yang tengah menantikan buah hati, pertanyaan mengenai jenis kelamin bayi kerap muncul sejak awal kehamilan. Salah satu anggapan yang beredar di masyarakat adalah bahwa pola makan ibu bisa memengaruhi jenis kelamin janin. Namun, benarkah klaim tersebut didukung bukti ilmiah?

Jenis Kelamin Ditentukan Saat Pembuahan

Secara medis, jenis kelamin bayi sudah ditentukan sejak sperma membuahi sel telur. Sel telur hanya membawa kromosom X, sedangkan sperma bisa membawa kromosom X atau Y. Jika sperma X yang berhasil membuahi, janin akan berjenis kelamin perempuan. Sebaliknya, jika sperma Y yang masuk, maka janin akan berjenis kelamin laki-laki.

Dengan demikian, faktor utama penentu jenis kelamin ada pada sperma, bukan makanan yang dikonsumsi ibu.

Teori yang Berkembang di Masyarakat

Meski begitu, terdapat sejumlah teori yang berkembang. Beberapa penelitian kecil menyebutkan bahwa kondisi pH dalam tubuh wanita dapat memengaruhi daya hidup sperma.

  • Lingkungan asam diyakini lebih mendukung sperma X, sehingga peluang memiliki bayi perempuan dianggap lebih besar.
  • Lingkungan basa disebut lebih menguntungkan sperma Y, yang berpotensi menghasilkan bayi laki-laki.

Inilah yang kemudian dikaitkan dengan konsumsi makanan tertentu. Misalnya, makanan tinggi kalsium dan magnesium seperti susu, kacang-kacangan, atau sayuran hijau dipercaya mendukung kehamilan bayi perempuan. Sementara itu, makanan tinggi kalium dan natrium seperti pisang, kentang, dan daging sering dikaitkan dengan kehamilan bayi laki-laki.

Apa Kata Ahli?

Meski terdengar menarik, para ahli menegaskan bahwa belum ada bukti ilmiah kuat yang menyatakan pola makan dapat menentukan jenis kelamin janin. Penelitian mengenai hubungan makanan dan jenis kelamin lebih banyak dilakukan pada hewan, dan hasilnya tidak bisa langsung diterapkan pada manusia.

Menurut dokter kandungan, makanan memang dapat memengaruhi kesehatan reproduksi secara umum, tetapi bukan menjadi faktor utama penentu jenis kelamin bayi.

Yang Terpenting: Nutrisi Seimbang

Daripada berfokus pada upaya mengatur jenis kelamin, ibu hamil lebih dianjurkan untuk menjaga pola makan seimbang. Asupan kaya protein, vitamin, mineral, serta cairan yang cukup akan membantu mendukung tumbuh kembang janin secara optimal, tanpa memandang jenis kelaminnya.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


tips-inseminasi-buatan.png
20/Aug/2025

Banyak pasangan mendambakan kehadiran buah hati dalam kehidupan rumah tangga. Namun, berbagai faktor bisa membuat proses mendapatkan kehamilan menjadi tidak mudah. Salah satu metode medis yang cukup populer sebagai solusi adalah inseminasi buatan atau intrauterine insemination (IUI).

Prosedur ini relatif sederhana, tidak terlalu invasif, dan biayanya lebih terjangkau dibandingkan program bayi tabung. Dalam pelaksanaannya, dokter akan memeriksa kualitas sperma serta melakukan evaluasi kesehatan menyeluruh. Sperma kemudian dimasukkan langsung mendekati sel telur pada waktu ovulasi—periode penting yang menentukan terjadinya pembuahan.

Tips agar Inseminasi Buatan Lebih Optimal

  1. Kelola stres dengan baik
    Kondisi psikologis sangat memengaruhi keberhasilan inseminasi. Tingkat stres yang tinggi bisa mengganggu keseimbangan tubuh. Setelah prosedur, usahakan tetap tenang dengan melakukan aktivitas yang menenangkan, seperti mendengarkan musik, berjalan santai, atau berbagi cerita dengan pasangan maupun tenaga medis.

  2. Cukup istirahat
    Tubuh memerlukan waktu pemulihan sebelum dan sesudah prosedur. Pastikan jam tidur cukup setiap harinya agar kondisi fisik tetap fit untuk mendukung proses kehamilan.

  3. Perhatikan pola makan
    Nutrisi yang tepat sangat penting untuk mendukung kesehatan reproduksi. Beberapa makanan yang baik dikonsumsi antara lain alpukat, stroberi, ikan salmon, asparagus, quinoa, biji bunga matahari, hingga kuning telur.

  4. Jaga kualitas sperma
    Bagi pasangan pria, disarankan untuk tidak melakukan ejakulasi sekitar tiga hari sebelum pengambilan sampel sperma. Hal ini bertujuan menjaga volume serta pergerakan sperma agar lebih maksimal saat digunakan dalam prosedur.

  5. Kontrol berat badan
    Berat badan yang tidak stabil bisa berdampak pada kesuburan. Pada pria, obesitas dapat menurunkan kualitas sperma, sementara pada wanita bisa mengganggu siklus menstruasi maupun ovulasi. Oleh karena itu, menjaga berat badan ideal menjadi langkah penting.

Seberapa Efektif Inseminasi Buatan?

Inseminasi buatan terbukti dapat meningkatkan peluang kehamilan, terutama jika dipadukan dengan obat kesuburan yang merangsang ovulasi. Dengan kombinasi tersebut, tingkat keberhasilan bisa mencapai sekitar 20 persen per siklus.

Meski demikian, keberhasilan tetap bergantung pada sejumlah faktor, seperti usia pasangan, kualitas sperma dan sel telur, penyebab infertilitas, hingga kondisi kesehatan secara umum.

Hasil dari inseminasi biasanya dapat diketahui sekitar dua minggu setelah prosedur, baik dengan menggunakan test pack di rumah maupun melalui pemeriksaan laboratorium.

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


proses-bayi-tabung.png
19/Aug/2025

Bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) adalah teknologi reproduksi berbantu yang memindahkan proses pembuahan sel telur dan sperma dari dalam tubuh ke lingkungan laboratorium, lalu memasukkan embrio yang terbentuk ke dalam rahim agar tumbuh menjadi janin. Prosedur ini sangat membantu pasangan dengan gangguan kesuburan seperti sumbatan tuba, endometriosis, atau gangguan sperma

 

Metode Bayi Tabung
Dilakukan dengan pengambilan sel telur dari ovarium wanita dan sperma dari pasangan pria, yang kemudian dibuahi di laboratorium. Teknik yang umumnya digunakan:

  • Inseminasi: Sel telur dan sperma dicampur dalam media khusus dan dibiarkan terjadi pembuahan secara alami.
  • ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection): Satu sperma disuntik langsung ke dalam sel telur, teknik ini dipakai bila kualitas sperma rendah atau inseminasi sebelumnya gagal

Proses Bayi Tabung
Tahapan utama dalam prosedur IVF terdiri dari lima langkah:

  1. Induksi Ovulasi
    Pasien menerima hormon seperti FSH, LH, dan hCG untuk merangsang ovarium menghasilkan beberapa sel telur matang. Obat penekan ovulasi prematur juga diberikan. Proses ini biasanya berlangsung 1–2 minggu dengan pemantauan melalui USG dan tes hormon
  2. Pengambilan Telur
    Dilakukan 34–36 jam setelah injeksi hormon pematangan. Dalam prosedur yang aman, pasien diberikan obat penenang, dan sel telur diambil dengan jarum menggunakan panduan USG transvaginal. Telur matang segera ditempatkan dalam media kultur di laboratorium.
  3. Pengambilan Sperma
    Sperma umumnya diperoleh melalui masturbasi di klinik. Jika tidak memungkinkan, sperma dapat diambil langsung dari testis menggunakan prosedur khusus.
  4. Pembuahan
    Telur dan sperma digabung berdasarkan metode pilihan (inseminasi atau ICSI). Embrio yang terbentuk akan dikultur selama beberapa hari hingga mencapai tahap siap transfer.
  5. Transfer Embrio
    Dilakukan 3–5 hari setelah pengambilan telur. Embrio dimasukkan ke rahim melalui kateter tipis tanpa bius berat. Keberhasilan prosedur tergantung pada kemampuan embrio menempel ke dinding rahim dalam 6–10 hari. Embrio cadangan bisa dibekukan untuk digunakan nantinya.

 

Setelah Prosedur
Pasien boleh kembali beraktivitas ringan tetapi harus menghindari aktivitas berat. Keluhan seperti bercak ringan, kram, sembelit, atau nyeri payudara bisa terjadi akibat hormon. Dokter biasanya memberikan progesteron sintetis hingga 8–10 hari pasca-transfer untuk mendukung implantasi. Tes kehamilan dilakukan sekitar 12–14 hari setelah transfer. Bila hasil negatif, progesteron dihentikan dan menstruasi biasanya mengikuti. Namun, jika terjadi komplikasi seperti demam, nyeri hebat, perdarahan berat, atau tanda sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS), segera hubungi dokter.

 

Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Melakukan Bayi Tabung
Sebelum prosedur, beberapa pemeriksaan penting perlu dilakukan:

  • Tes cadangan ovarium seperti FSH, AMH, dan estrogen.
  • Skrining infeksi menular (misalnya HIV, hepatitis B).
  • Pemeriksaan kondisi rahim via sonohisterografi atau histeroskopi untuk menilai struktur rahim.
  • Tes sperma untuk memeriksa jumlah, bentuk, dan kualitas sperma.
  • Latihan pemindahan embrio tiruan untuk mengevaluasi kondisi rahim dan jalur masuk embrio.

Di samping itu, faktor seperti usia, riwayat kesehatan, gaya hidup (merokok, alkohol), obesitas, dan kesiapan mental dan fisik pasangan akan sangat memengaruhi keberhasilan prosedur.

 

Persiapan Sebelum Melakukan Bayi Tabung
Menurut aturan di Indonesia, hanya pasangan suami istri sah yang boleh menjalani prosedur IVF, dan donor sel telur, sperma, atau embrio tidak diizinkan.
Wanita di bawah usia 35 tahun memiliki peluang keberhasilan lebih tinggi—sekitar 41–43 %, sedangkan angka ini menurun menjadi 13–18 % di usia di atas 40 tahun.
Kesiapan fisik dan mental harus dikelola: menjaga pola makan, berat badan ideal, berhenti merokok, menghindari alkohol, dan memahami biaya serta proses prosedur yang bisa kompleks dan menuntut kesabaran.

 

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


Batas-Usia-Program-Bayi-Tabung-Fakta-yang-Perlu-Anda-Tahu.png
15/Aug/2025

Usia adalah salah satu faktor paling berpengaruh terhadap keberhasilan bayi tabung (IVF). Semakin bertambah usia, terutama setelah usia 35 tahun, peluang berhasil menurun dan pada usia sekitar pertengahan 40-an peluang menggunakan sel telur sendiri menjadi sangat kecil. Artikel ini menjelaskan apa itu bayi tabung, apakah ada batasan usia, bagaimana tingkat keberhasilan berubah menurut usia, serta pertimbangan medis dan pilihan bila usia menjadi kendala.

Pengenalan

Bayi tabung (fertilisasi in vitro / IVF) adalah rangkaian prosedur medis yang membantu pembuahan di luar tubuh: sel telur diambil dari ovarium, dibuahi di laboratorium dengan sperma, lalu embrio yang terbentuk dipindahkan kembali ke rahim. Prosedur ini bersifat kompleks, memakan biaya dan membutuhkan persiapan medis serta psikologis.

Apa Itu Bayi Tabung?

Secara sederhana: dokter merangsang ovarium untuk memproduksi beberapa sel telur, mengambil sel telur melalui tindakan invasif (aspirasi), membuahi sel telur di laboratorium, lalu memindahkan embrio ke rahim. Pilihan bisa melibatkan sel telur/ sperma pasangan, donor, atau bahkan embrio beku. Karena bergantung pada kualitas sel telur, usia biologis ovarium adalah kunci keberhasilan.

Adakah Batasan Usia untuk Melakukan Bayi Tabung?

Secara hukum atau medis global tidak ada “angka tunggal” yang berlaku untuk semua orang. Namun secara praktik banyak klinik menetapkan batas usia maksimum untuk melakukan IVF dengan sel telur sendiri hal ini karena peluang keberhasilan menurun drastis dan risiko komplikasi kehamilan meningkat seiring usia. Untuk kehamilan dengan donor sel telur, beberapa klinik juga punya batas usia penerima, namun biasanya lebih tinggi daripada untuk penggunaan sel telur sendiri.

Tingkat Keberhasilan Berdasarkan Usia (gambaran umum)

  • Wanita usia di bawah 35 tahun umumnya memiliki peluang keberhasilan IVF tertinggi.
  • Antara 35–37 tahun peluang menurun namun masih cukup signifikan.
  • Di rentang 38–40 tahun peluang semakin menurun.
  • Setelah usia 40-an (terutama mendekati usia 44–45) kemungkinan keberhasilan dengan sel telur sendiri turun drastis.

Bagaimana Klinik Menentukan Batas Usia?

Klinik biasanya menimbang: bukti medis (tingkat keberhasilan dan risiko), keselamatan ibu dan janin, dan etika praktik. Survei terhadap klinik menunjukkan variasi: banyak klinik memiliki batas usia maksimal untuk IVF dengan telur sendiri (median sekitar pertengahan 40-an), dan batas untuk penerima telur donor cenderung lebih tinggi. Kebijakan ini bukan semata-mata “aturan medis universal”, melainkan kebijakan klinik berdasarkan data dan pertimbangan risiko.

Pertimbangan Medis & Etika

  • Risiko medis: Kehamilan di usia lanjut meningkatkan risiko hipertensi, diabetes gestasional, kelahiran prematur, dan komplikasi selama persalinan. Evaluasi kondisi jantung, tekanan darah, dan kondisi kronis lain penting sebelum memutuskan.
  • Efikasi: Kerusakan kualitas dan jumlah sel telur seiring usia (penurunan cadangan ovarium) membuat efektivitas IVF berkurang.
  • Etika & kebijakan: Organisasi profesi sering menekankan bahwa batas usia sebaiknya didasarkan pada keselamatan dan bukti, serta evaluasi individual bukan sekadar angka kaku. Keputusan akhir sering melibatkan diskusi antara pasien dan tim medis, mempertimbangkan kesehatan fisik, psikologis, dan aspek sosial-ekonomi.

Pilihan Bila Usia Menjadi Kendala

  • Menggunakan sel telur donor: Pilihan umum bagi wanita yang ingin hamil tetapi cadangan atau kualitas telur mereka sudah sangat menurun. Keberhasilan dengan donor telur sering lebih tinggi dibandingkan menggunakan telur autologus (sendiri).
  • Menyimpan telur (egg freezing): Untuk wanita yang berencana menunda kehamilan, membekukan telur di usia lebih muda dapat meningkatkan peluang di masa depan.
  • Konsultasi medis menyeluruh: Pemeriksaan cadangan ovarium (mis. AMH, FSH, antral follicle count), penilaian risiko kehamilan, dan diskusi realistis tentang peluang keberhasilan.
  • Alternatif non-medis: Adopsi atau keluarga melalui donor/gestational carrier (jika tersedia dan sesuai hukum/etika setempat).

Persiapan Klinis Sebelum Menjalani Bayi Tabung

Sebelum memulai, biasanya dokter akan:

  1. Menilai cadangan ovarium (AMH, FSH, USG antral follicle).
  2. Memeriksa kesehatan umum (riwayat penyakit, tekanan darah, gula darah, fungsi jantung bila perlu).
  3. Menentukan protokol stimulasi ovarium yang paling sesuai.
  4. Membahas opsi penggunaan donor sel telur atau donor embrio jika perlu.
    Semua langkah ini bertujuan memaksimalkan peluang keberhasilan sekaligus meminimalkan risiko.

 

Jika usia menjadi kekhawatiran, bicarakan lebih awal dengan dokter spesialis fertilitas. Data menunjukkan adanya penurunan peluang seiring bertambahnya usia, tetapi keputusan perawatan harus dipersonalisasi dengan memperhatikan kondisi medis, nilai pribadi, dan opsi klinis yang tersedia

 

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


inseminasi-buatan.png
13/Aug/2025

Inseminasi buatan (sering disingkat IUI — intrauterine insemination) adalah salah satu opsi bantuan fertilitas yang populer karena prosedurnya relatif sederhana, dapat dilakukan secara rawat jalan, dan biasanya lebih terjangkau dibandingkan bayi tabung (IVF). Prosedur ini membantu “memendekkan jalan” sperma ke sel telur dengan menempatkan sperma yang sudah diproses langsung ke dalam rahim pada waktu ovulasi, sehingga peluang pembuahan meningkat.

Apa Itu Inseminasi Buatan?

Inseminasi buatan adalah prosedur medis untuk memasukkan cairan sperma yang telah “dicuci” dan diperkaya langsung ke dalam rahim wanita melalui kateter tipis. Tujuannya menambah jumlah sperma yang sampai dekat dengan tuba falopi sehingga kemungkinan bertemunya sperma dan sel telur naik. Prosedur ini bisa dilakukan dengan sperma pasangan sendiri atau sperma donor sesuai indikasi medis dan peraturan setempat.

Perbedaan Inseminasi Buatan dan Bayi Tabung

  • Kompleksitas: IUI relatif sederhana (pemasukan sperma ke rahim), sedangkan bayi tabung (IVF) melibatkan stimulasi ovarium, pengambilan sel telur, pembuahan di laboratorium, dan pemindahan embrio ke rahim.
  • Biaya: IUI umumnya jauh lebih murah per siklus dibanding IVF. Biaya IVF jauh lebih besar karena langkah dan teknologi yang terlibat.
  • Indikasi: IUI dipilih untuk masalah seperti faktor serviks, infertilitas ringan pada pria, atau pasangan yang menggunakan donor sperma; IVF dipilih untuk gangguan tuba falopi berat, masalah sel telur, kegagalan IUI berulang, atau kondisi lain yang membutuhkan fertilisasi in vitro.

 

Hubungi Dokter Ini untuk Informasi Inseminasi Buatan

Untuk konsultasi inseminasi buatan, temui: dokter kandungan (Sp.OG) atau dokter spesialis reproduksi/fertilitas. Saat janji, siapkan riwayat kesehatan reproduksi (lama menikah, riwayat haid, hasil pemeriksaan sperma, hasil USG/histerosalpingografi, pemeriksaan hormon). Diskusikan juga preferensi (mis. penggunaan donor sperma) dan risiko serta perkiraan biaya. Banyak fasilitas fertilitas dan RS menyediakan konsultasi awal untuk evaluasi kelayakan IUI.

Indikasi Inseminasi Buatan

Beberapa kondisi yang sering menjadi indikasi IUI:

  • Infertilitas unexplained (penyebab tak jelas) setelah evaluasi dasar.
  • Faktor serviks (ketidakmampuan sperma menembus lendir serviks).
  • Gangguan ejakulasi atau disfungsi seksual pada pria.
  • Gangguan sperma ringan sampai sedang (dengan preparasi sperma yang baik peluang tetap ada).
  • Pasangan yang ingin memakai donor sperma (mis. pasangan sejenis atau single mother by choice) — catat: regulasi penggunaan donor berbeda di tiap negara/rumah sakit.

Keunggulan Inseminasi Buatan

  • Minim invasif: tidak perlu operasi besar atau pengambilan sel telur.
  • Lebih murah dan lebih cepat dibanding IVF.
  • Bisa dilakukan berulang tiap siklus untuk meningkatkan peluang kumulatif.
  • Dapat dikombinasikan dengan stimulasi ovarium ringan untuk menaikkan kemungkinan ovulasi dan jumlah sel telur yang tersedia.

Persiapan Inseminasi Buatan

Persiapan biasanya meliputi:

  1. Pemeriksaan awal: konsultasi, USG transvaginal, pemeriksaan hormon (mis. FSH, AMH, TSH), dan HSG atau pemeriksaan saluran telur bila perlu.
  2. Pemeriksaan sperma: analisis sperma (jumlah, motilitas, morphology). Jika perlu, pilih donor atau persiapkan sampel beku.
  3. Jika direkomendasikan: stimulasi ovarium ringan (oral atau suntik) untuk menumbuhkan 1–3 folikel, dengan pemantauan USG dan tes hormon untuk menentukan waktu inseminasi terbaik.
  4. Puasa seksual beberapa hari singkat (sering direkomendasikan 2–3 hari) sebelum pengambilan sperma agar kualitasnya optimal.

 

Prosedur Inseminasi Buatan

Langkah umum IUI:

  1. Pemantauan ovulasi — dokter memantau pertumbuhan folikel dengan USG dan/atau tes ovulasi; kadang diberikan obat pemicu ovulasi (hCG).
  2. Pengambilan sperma — sperma dikumpulkan di laboratorium atau dikirim beku; kemudian dilakukan proses pencucian (sperm washing) untuk menghilangkan kotoran dan memusatkan sel sperma yang sehat.
  3. Inseminasi — dokter memasukkan sperma melalui kateter tipis ke dalam rongga rahim; tindakan singkat dan biasanya tidak memerlukan bius.
  4. Pemantauan setelahnya — pasien diminta beristirahat singkat (beberapa menit sampai 15–20 menit), lalu pulang. Tes kehamilan dilakukan sekitar 2 minggu setelah inseminasi atau sesuai instruksi dokter.

Setelah Inseminasi Buatan

  • Istirahat ringan beberapa jam setelah tindakan biasanya dianjurkan; tidak perlu bed rest berhari-hari kecuali arahan khusus.
  • Lanjutkan obat atau suplemen bila diresepkan (mis. progesteron suportif jika dianjurkan dokter).
  • Hindari hubungan seksual yang berat atau aktivitas fisik ekstrem selama beberapa hari jika direkomendasikan.
  • Lakukan tes kehamilan sesuai jadwal (biasanya ~14 hari setelah inseminasi) untuk mengetahui hasil siklus.

Komplikasi Inseminasi Buatan

Komplikasi serius jarang, namun beberapa hal yang mungkin terjadi:

  • Spotting atau kram ringan setelah prosedur karena iritasi serviks atau tindakan kateter.
  • Infeksi sangat jarang, tetapi mungkin jika prosedur atau sterilisasi tidak sempurna.
  • Kehamilan ganda (kembar atau lebih) — risiko meningkat jika IUI dikombinasikan dengan obat penginduksi ovulasi karena pelepasan beberapa telur; kehamilan ganda berisiko lebih tinggi (persalinan prematur, hipertensi kehamilan).
  • Ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS) jika stimulasi ovarium berlebihan; hal ini lebih sering dikaitkan dengan obat suntik dan IVF, namun tetap perlu diwaspadai

Bagaimana Tingkat Kesuksesan Kehamilan dengan Inseminasi Buatan?

Tingkat keberhasilan IUI per siklus sangat bergantung pada usia wanita, kualitas sperma, penyebab infertilitas, penggunaan obat kesuburan, dan pengalaman klinik. Angka yang sering dilaporkan di sumber-sumber klinis adalah kisaran 10–20% per siklus untuk banyak pasangan; jika dilakukan beberapa siklus (mis. 3–6 kali) peluang kumulatif naik dan pada beberapa laporan mencapai ~45–50% setelah beberapa kali percobaan. Perlu diingat angka-angka ini sangat bergantung pada faktor individu.

Berapa Biaya Melakukan Inseminasi Buatan?

Di Indonesia biaya IUI bervariasi tergantung rumah sakit/klinik, paket yang termasuk pemeriksaan, obat, dan layanan laboratorium. Kisaran yang sering disebutkan: sekitar Rp2.000.000 – Rp5.000.000 per siklus (bisa lebih tinggi bila termasuk obat stimulan atau pemeriksaan tambahan). Bandingkan ini dengan IVF yang biayanya jauh lebih besar (puluhan juta rupiah per siklus). Pastikan tanyakan rincian biaya (konsultasi, USG, pemeriksaan hormon, analisa sperma, obat, tindakan, dan follow-up) sebelum memutuskan.

 

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabay


displasia-serviks.png
12/Aug/2025

Displasia serviks adalah kondisi yang kerap tidak menimbulkan gejala dan sering kali tidak disadari oleh penderitanya. Padahal, kondisi ini dapat menjadi awal dari masalah kesehatan yang lebih serius jika tidak terdeteksi dan ditangani dengan tepat. Penting bagi setiap wanita, terutama yang sudah aktif secara seksual, untuk memahami risiko, penyebab, dan cara pencegahan displasia serviks agar kesehatan organ reproduksi tetap terjaga.

Pengenalan Displasia Serviks
 Displasia serviks adalah kondisi ketika terjadi perubahan atau pertumbuhan abnormal pada sel-sel yang melapisi permukaan serviks (leher rahim, bagian bawah rahim yang menghubungkan rahim dengan vagina). Perubahan ini bukanlah kanker, namun termasuk kondisi prakanker, yaitu tahap sebelum sel menjadi kanker jika dibiarkan. Tingkat keparahan displasia serviks dibagi menjadi tiga: ringan, sedang, dan berat, berdasarkan seberapa banyak bagian serviks yang mengalami perubahan sel abnormal.

Penyebab Displasia Serviks
 Penyebab utama displasia serviks adalah infeksi Human Papillomavirus (HPV), yaitu virus yang dapat menyebabkan perubahan sel pada serviks. HPV memiliki banyak tipe, dan tipe risiko tinggi lebih berpotensi menyebabkan kanker serviks. Virus ini dapat menyebar melalui hubungan seksual, baik vaginal (melalui vagina), anal, maupun oral.
Selain itu, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia serviks, seperti:

  •         Memiliki banyak pasangan seksual (meningkatkan peluang terpapar HPV).
  •         Sistem kekebalan tubuh lemah (misalnya karena HIV/AIDS atau penggunaan obat penekan imun).
  •         Riwayat infeksi menular seksual lainnya.
  •         Merokok (zat berbahaya pada rokok dapat merusak sel serviks).
  •         Mengonsumsi obat imunosupresan (obat yang menurunkan kekebalan tubuh, biasanya diberikan pada pasien transplantasi organ atau penyakit autoimun).

 

Cara Mendeteksi Displasia Serviks
 Deteksi dini displasia serviks dapat dilakukan melalui pemeriksaan skrining, seperti:

  •         Tes Pap smear: Mengambil sampel sel dari serviks menggunakan alat khusus untuk diperiksa di laboratorium, guna mendeteksi perubahan sel.
  •         Tes HPV: Tes untuk mengetahui apakah ada virus HPV pada serviks, terutama tipe berisiko tinggi.
  •         Kolposkopi: Pemeriksaan serviks dengan menggunakan kolposkop (alat pembesar dengan cahaya) untuk melihat area yang abnormal secara lebih jelas.
    Biasanya, displasia serviks ditemukan saat melakukan pemeriksaan rutin, karena pada sebagian besar kasus tidak menimbulkan gejala sama sekali.

Langkah Penanganan Displasia Serviks
 Penanganan tergantung pada tingkat keparahan perubahan sel yang ditemukan. Untuk kasus ringan, dokter dapat menyarankan observasi dan pemantauan rutin, sementara kasus sedang hingga berat memerlukan tindakan medis. Beberapa metode penanganan meliputi:

  •         Cryotherapy: Prosedur membekukan jaringan abnormal dengan gas khusus untuk menghancurkannya.
  •         Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP): Menggunakan kawat tipis yang dialiri arus listrik untuk memotong dan mengangkat jaringan abnormal.
  •         Konisasi: Mengangkat sebagian jaringan serviks berbentuk kerucut yang mengandung sel abnormal, biasanya dilakukan jika perubahan sel cukup parah atau mencurigakan.

Kapan Harus ke Dokter
 Segera berkonsultasi ke dokter jika hasil skrining menunjukkan adanya perubahan sel abnormal atau jika mengalami gejala seperti perdarahan setelah berhubungan intim, nyeri panggul yang tidak biasa, atau keputihan yang tidak normal (berbau, berwarna, atau keluar dalam jumlah banyak). Walaupun displasia serviks sering tanpa gejala, pemeriksaan rutin tetap sangat penting dilakukan untuk deteksi dini.

Pengobatan Displasia Serviks
 Pengobatan bertujuan untuk menghilangkan sel-sel abnormal agar tidak berkembang menjadi kanker. Dokter akan menentukan metode berdasarkan usia, rencana kehamilan, tingkat keparahan, serta kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Setelah pengobatan, pasien perlu menjalani pemeriksaan lanjutan secara berkala untuk memastikan tidak terjadi kekambuhan.

 

Pencegahan Displasia Serviks
 Beberapa langkah pencegahan yang efektif antara lain:

  •         Melakukan vaksinasi HPV sejak usia remaja atau sebelum aktif secara seksual (vaksin membantu mencegah infeksi HPV tipe berisiko tinggi).
  •         Menjalani tes Pap smear dan tes HPV secara rutin.
  •         Menghindari perilaku seksual berisiko, seperti berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom.
  •         Menghentikan kebiasaan merokok.
  •         Menjaga daya tahan tubuh dengan pola makan sehat, olahraga teratur, dan istirahat cukup

 

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


adenomiosis.png
12/Aug/2025

Adenomiosis adalah kondisi di mana lapisan endometrium (lapisan dalam rahim) tumbuh ke dalam dinding otot rahim (miometrium). Meski secara medis tidak berbahaya, adenomiosis bisa menimbulkan perdarahan menstruasi yang banyak, nyeri hebat, dan menurunkan kualitas hidup penderitanya.

Pengenalan

Secara normal, endometrium hanya melapisi rongga rahim. Pada adenomiosis, jaringan tersebut tetap aktif dan tumbuh masuk ke otot rahim, yang menyebabkan pembesaran rahim pada setiap siklus menstruasi. Kondisi ini dapat dialami oleh wanita segala usia, tetapi lebih sering terjadi di usia 40–50 tahun, dan biasanya membaik atau menghilang setelah menopause.

Penyebab

Penyebab pasti adenomiosis belum diketahui, namun beberapa faktor yang diduga berperan meliputi:

  • Usia antara 40–50 tahun
  • Riwayat operasi rahim, seperti kuretase atau operasi caesar
  • Pernah melahirkan
  • Obesitas

Gejala

Sebagian besar penderita tidak menunjukkan gejala. Namun, pada kasus yang muncul, gejala bisa berupa:

  • Nyeri panggul dan kram haid (dismenore)
  • Perdarahan menstruasi yang sangat deras dan berlangsung lama (bisa lebih dari 15 hari)
  • Nyeri saat berhubungan seksual (dispareunia)

Kapan Harus ke Dokter

Segera konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami:

  • Nyeri haid yang tidak tertahankan selama 3 siklus berturut-turut, dan mengganggu aktivitas
  • Perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari biasanya, atau perdarahan vagina setelah menopause

Diagnosis Adenomiosis

  1. Riwayat klinis dan pemeriksaan fisik: Dokter akan memeriksa perut bagian bawah dan panggul untuk mendeteksi pembesaran rahim atau rasa nyeri saat ditekan.
  2. Pemeriksaan penunjang:
    • USG panggul atau transvaginal: Untuk melihat pembesaran rahim, perubahan bentuk otot, atau penebalan endometrium.
    • MRI rahim: Memberikan gambaran detail kondisi rahim serta mendeteksi adenomiosis yang lebih dalam.
    • Biopsi endometrium: Pada beberapa kasus, dilakukan untuk memastikan tidak ada penyakit lain yang lebih serius.

Pengobatan

Pilihan pengobatan disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, riwayat kehamilan, dan keinginan memiliki keturunan di masa depan. Berikut beberapa opsi yang biasa dilakukan:

  1. Perawatan mandiri ringan: Berendam air hangat, kompres perut, serta konsumsi obat pereda nyeri seperti parasetamol untuk kasus ringan.
  2. Obat pereda nyeri (OAINS): Misalnya asam mefenamat untuk mengurangi nyeri haid.
  3. Terapi hormon: Seperti pil KB untuk mengurangi menstruasi berat dan nyeri.
  4. Ablasi endometrium: Menghancurkan lapisan endometrium (jika belum terlalu dalam ke otot rahim).
  5. High-Intensity Focused Ultrasound (HIFU): Menghancurkan jaringan endometrium dengan ultrasound khusus.
  6. Adenomiektomi: Operasi pengangkatan jaringan adenomiosis pada rahim.
  7. Embolisasi arteri uterina: Menghambat aliran darah ke area adenomiosis sehingga jaringan mengecil.
  8. Histerektomi: Operasi pengangkatan seluruh rahim, biasanya menjadi pilihan terakhir jika metode lain tidak efektif dan pasien sudah tidak berencana untuk hamil lagi.

 

Komplikasi

Adenomiosis dapat menimbulkan beberapa komplikasi, salah satunya adalah anemia akibat perdarahan menstruasi yang banyak dan berkepanjangan. Anemia ini membuat tubuh kekurangan sel darah merah sehingga memicu gejala seperti lemas, pucat, pusing, hingga sesak napas. Selain itu, penderita juga dapat mengalami penurunan kualitas hidup karena nyeri dan ketidaknyamanan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Kondisi ini bahkan dapat memengaruhi produktivitas, hubungan sosial, dan kesehatan mental, sehingga penanganan yang tepat sangat diperlukan.

 

Pencegahan

Tidak ada cara pasti untuk mencegah adenomiosis sepenuhnya, tetapi dapat mengurangi risiko dengan:

  • Pola makan sehat, bergizi lengkap dan seimbang
  • Menjaga berat badan agar tetap ideal, serta menurunkan berat badan jika mengalami obesitas
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan dan kandungan secara rutin

 

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


hormone-amh.png
11/Aug/2025

Kesuburan sering kali menjadi topik yang baru dibicarakan saat pasangan mengalami kesulitan untuk hamil. Padahal, memahami kondisi reproduksi sejak dini bisa menjadi langkah proaktif untuk merencanakan masa depan keluarga. Salah satu tes yang kini banyak direkomendasikan oleh dokter kandungan untuk menilai potensi kesuburan wanita adalah tes hormon AMH (Anti-Müllerian Hormone). Tes ini bisa memberikan gambaran tentang cadangan ovarium seorang wanita—yaitu jumlah sel telur yang masih tersedia.

Pengenalan: Apa Itu Hormon AMH?

Anti-Müllerian Hormone (AMH) adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel dalam folikel ovarium (kantung kecil berisi sel telur). Kadar hormon ini bisa digunakan untuk memperkirakan jumlah sel telur yang tersisa dalam ovarium atau dikenal juga sebagai cadangan ovarium.

Tes hormon AMH dilakukan melalui pengambilan sampel darah. Tes ini menjadi indikator penting bagi wanita yang ingin mengetahui kesuburannya, terutama bagi yang merencanakan kehamilan di usia lebih matang atau yang sedang menjalani program bayi tabung (IVF).

 

Tujuan dan Indikasi Tes Hormon AMH

Tes AMH dilakukan dengan berbagai tujuan medis, antara lain:

  1. Menilai cadangan ovarium
    • Mengidentifikasi apakah seorang wanita memiliki jumlah sel telur yang memadai.
    • Membantu dokter dalam menyarankan waktu terbaik untuk kehamilan.
  2. Memprediksi respon terhadap stimulasi ovarium
    • Terutama pada pasien yang akan menjalani program IVF. Tes ini membantu memperkirakan seberapa banyak folikel yang akan merespon obat stimulasi.
  3. Mendiagnosis gangguan reproduksi
    • Misalnya sindrom ovarium polikistik (PCOS), di mana kadar AMH bisa sangat tinggi.
    • Menilai kemungkinan menopause dini jika kadar AMH sangat rendah.
  4. Pemantauan kondisi tertentu
    • Seperti sebelum dan sesudah pengobatan kanker yang memengaruhi kesuburan (kemoterapi atau radioterapi).

 

Peringatan dan Kontraindikasi Tes Hormon AMH

Meskipun tes AMH cukup aman dan non-invasif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  • Tidak bisa berdiri sendiri
     Tes AMH tidak bisa memberikan gambaran utuh tentang kesuburan. Diperlukan tes lain seperti USG ovarium atau pemeriksaan hormon FSH/LH untuk analisis lebih lengkap.
  • Tidak bisa memprediksi kehamilan secara pasti
     Kadar AMH tidak berkaitan langsung dengan kemampuan embrio menempel di rahim atau keberhasilan kehamilan.
  • Tidak ada kontraindikasi medis berat
     Karena tes ini hanya berupa pengambilan darah, hampir semua orang dapat menjalani tes ini tanpa risiko khusus.

 

Sebelum Melaksanakan Tes Hormon AMH

Tes ini sangat mudah dilakukan dan tidak memerlukan persiapan khusus. Namun, beberapa hal bisa diperhatikan:

  • Tidak perlu puasa
     Tes AMH bisa dilakukan kapan saja, tidak tergantung pada siklus menstruasi atau waktu tertentu.
  • Informasikan pada dokter
     Jika sedang mengonsumsi pil KB, hormon, atau sedang menjalani pengobatan tertentu, beri tahu dokter karena beberapa obat bisa mempengaruhi hasil tes.
  • Tenang dan rileks
     Meskipun sederhana, datang dalam kondisi tenang akan membuat proses pengambilan darah lebih nyaman.

 

Prosedur Tes Hormon AMH

Berikut langkah-langkah dalam tes AMH:

  1. Registrasi dan pemeriksaan awal
     Pasien akan diminta mengisi data dan duduk di ruang pengambilan darah.
  2. Pengambilan sampel darah
    • Lengan akan dibersihkan dengan alkohol.
    • Jarum dimasukkan ke pembuluh darah di lengan untuk mengambil sampel.
    • Darah ditampung dalam tabung khusus.
  3. Selesai dalam hitungan menit
     Prosedur biasanya hanya memakan waktu kurang dari 5 menit.

 

Setelah Melakukan Tes Hormon AMH

Setelah tes, beberapa hal berikut bisa diperhatikan:

  • Aktivitas normal
     Pasien bisa langsung beraktivitas seperti biasa.
  • Hasil tes
     Biasanya keluar dalam 1–3 hari, tergantung fasilitas laboratorium.
  • Konsultasi lanjutan
     Hasil AMH harus dikonsultasikan dengan dokter untuk interpretasi yang tepat, karena nilai normal bisa bervariasi tergantung usia dan tujuan tes.

 

Efek Samping Tes Hormon AMH

Karena prosedur ini hanya melibatkan pengambilan darah, efek samping sangat minimal, seperti:

  • Nyeri ringan atau memar di area bekas suntikan.
  • Pusing atau tidak nyaman saat pengambilan darah (terutama jika fobia jarum).
  • Infeksi ringan (sangat jarang), jika prosedur tidak steril.

Secara umum, tes AMH adalah prosedur yang aman dan cepat.

 

Tes hormon AMH bisa menjadi alat penting untuk mengetahui kondisi cadangan sel telur wanita, terutama bagi yang merencanakan kehamilan atau menjalani terapi kesuburan. Meskipun bukan satu-satunya indikator kesuburan, hasil tes ini bisa memberikan informasi yang berguna sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh. Jika kamu sedang mempertimbangkan untuk mengetahui kesuburanmu, tidak ada salahnya berdiskusi dengan dokter dan mempertimbangkan tes ini.

 

Jika Anda membutuhkan bantuan seputar program hamil, mengatasi infertilitas, dan program bayi tabung, Anda bisa kunjungi Signum Fertility Clinic untuk mendapatkan pelayanan yang Anda butuhkan.

Untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi kami di:

081336865595

Atau kunjungi langsung Signum Fertility Clinic di Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No.31-35, Pacar Keling, Kec. Tambaksari, Surabaya


Copyright by SignumFertility 2025. All rights reserved.